Kawanku.. pada demam segala yang berbau korea kan.. entah K-POP.. drama korea.. stylenya de el el.. nah.. uthie bagi cerita tentang drama korea yang yahut.. coba baca deh.. seru kok :)
Tabib istana sedang memeriksa kesehatan
Raja. Kemudian, pihak istana mendapat kabar buruk : Raja menderita sakit keras,
Neuroglycopenia (penurunan fungsi syaraf otak). Ibu suri berkata pada Ratu,
satu-satunya cara menyelamatkan kerajaan adalah segera melangsungkan pernikahan
Putra Mahkota, Pangeran Shin dan mengangkatnya menjadi Raja.
Di sekolah, dua orang teman
Chae-gyeong, Sun-yeong dan Hee-sung sedang asyik mengamati sebuah buku yang
berisi tentang biodata anggota keluarga kerajaan. Mereka sedang mengagumi
ketampanan Pangeran Shin. Tiba-tiba Shin Chae-gyeong merebut buku itu hingga
akhirnya mereka bertiga berebut buku itu sampai akhirnya buku itu sobek. Tentu
saja Sun-yeong marah besar pada Chae-gyeong.
Shin
Chae-gyeong adalah seorang gadis ceria yang bersekolah disini mengambil jurusan
desain. Seperti yang tadi sibuk dibicarakan oleh teman-teman Chae-gyeong,
Pangeran. Pangeran apa? Kalian pasti berpikir kalau dia adalah seorang
laki-laki dari kelas atas kan?
Ini memang
abad 21. Tapi seperti halnya Inggris dan Jepang yang masih punya Keluarga
Kerajaan, di Korea juga masih ada keluarga kerajaan. Keluarga kerajaan di
Inggris dan Jepang masih dipuja-puja oleh rakyatnya. Mereka juga masih tinggal
di dalam istana. Lalu bagaimana keadaan Istana di Korea? Sayangnya istana adalah
tempat yang kosong, bahkan sekarang keluarga kerajaan sudah terpecah belah.
Itulah kenapa, Chae-gyeong membayangkan kalau keluarga kerajaan itu masih ada.
Dengan kata lain, Chae-gyeong mengajak semuanya untuk membayangkan kalau di
dalam Istana Kerajaan Korea itu ditinggali oleh seorang pangeran tampan bersama
keluarganya. Seorang pangeran tampan yang disukai oleh banyak orang. Apa kalian
penasaran. Nikmatilah "Cerita Khayalan Shin Chae-gyeong" yang
berjudul, "Gung/Istana/Palace".
~~~~~.........~~~~~
Tahun 2006,
Sistem pemerintahan Korea, Monarkhi Konstistusional, dimana pemerintahan diatur
oleh Keluarga Kerajaan.
Sun-yeong
dan Hee-sung sedang menikmati foto tampan Pangeran Shin koleksi mereka.
Sementara itu, Kang-hyun yang sedang sebuk melukis merasa terganggu dengan ulah
mereka berdua yang sellau bermimpi jadi seorang Cinderella yang menikahi
seorang pangeran. Tiba-tiba Chae-gyeong masuk dan menggoda mereka. Kang-hyun
mengritik penampilan Chae-gyeong yang aneh. (Chae-gyeong memakai rok sekolah
sekaligus celana olahraga yang panjang). Tapi Chae-gyeong bilang, sebentar
lagi, cara berpakaiannya akan jadi trend. Kang-hyun bertanya apa tugas
Chae-gyeong sudah selesai? Chae-gyeong kaget karna tak tahu kalau tugas itu
harus dikumpulkan hari ini. Ternyata tak hanya Chae-gyeong yang belum
menyelesaikan tugasnya. Sun-yeong dan Hee-sung pun sama saja. Mereka bertiga
sama-sama panik.
Sementara
itu, Pangeran Shin datang ke sekolah dengan pengawalan ketat dari para
pengawalnya. Semua gadis di sekolah berseru-seru memanggil namanya dan berusaha
menghampirinya tapi di tahan oleh para pengawalnya. Salah seorang pengawal
ingin mengantarkan Shin sampai ke kelas. Tapi Shin tak suka. Dia hanya meminta
pengawalnya berjaga di luar sekolah saja.
Di sekolah
Chae-gyeong, ada Jurusan Seni, Musik, Tari, Teater dan Film. Walaupun
Chae-gyeong mengambil jurusan desain, tapi dia paling tak suka kalau disuruh
menggambar. (dasar Chae-gyeong aneh...).
Saat itu,
Chae-gyeong sedang asyik menggambar di luar ruangan bersama teman sekelasnnya.
Kang-hyun mengeluh karna keadaan ramai sekali karna Pangeran ada di sekolah.
Chae-gyeong ikut memperhatikan. Tiba-tiba ia secara tak sengaja bertatapan
dengan Shin yang ada di bawah. "Omo...ya Tuhan, apa dia sedang
memperhatikan kita?" kata Chae-gyeong. Kang-hyun tak bereaksi, sebaliknya
dengan Sun-yeong dan Hee-sung yang heboh karnanya.
Kang-hyun
bilang, semua teman Pangeran berasal dari kalangan atas. Dari anak pengusaha,
juga anak dari pemilik sekolah mereka. Benar-benar grup yang sempurna dan
menarik.
Sementara di
bawah, teman-teman Shin geli melihat kelakukan teman-teman Chae-gyeong.
Kemudian pandangan mereka beralih ke jendela di sebelah, saat Kang-in
berteriak, "Bukankah itu Min Hyo-rin. Dia benar-benar gadis yang
langka". Min Hyo-rin, dari kelas tari balet sedang berdiri di ambang
jendela. Shin memandangi Hyo-rin sambil tertawa senang.
Sementara
itu di dalam kelas balet, Guru balet marah karna anak-anak didiknya masih ada
yang sempat ngemil. Dia marah karna dengan ngemil, mereka akan kehilangan
bentuk badan ideal mereka sebagai seorang penari balet. Bu Guru menyita semua
snack yang masih tersisa dan mengancam mereka. Jika berat badan mereka naik 1
kilo, brarti mereka harus berlatih tambahan selama 1 jam. Mereka semua
mengeluh.
Shin sedang
berganti sepatunya dengan sepatu olahraga berwarna putih. Chae-gyeong yang
membawa ember yang berisi air bekas menggambar tak sengaja menabraknya dari
belakang dan membuat sepatu putih Shin basah dan kotor. Chae-gyeong kaget
melihat siapa yang ditabraknya. Chae-gyeong mencoba meminta maaf dan
membersihkan sepatu Shin. Tapi Shin tak suka dan menyuruh Chae-gyeong berhenti
membersihkan sepatunya. Shin pun kembali memakai sepatunya yang tadi dan
menendang sepatu olahraganya ke arah Chae-gyeong dan memerintah Chae-gyeong
untuk membuang sepatu itu lalu segera pergi dari tempat itu.
Tentu saja
Chae-gyeong tak terima dengan perlakuan Shin. "HEI, KAU! Apa kau pikir
kalau jadi Pangeran itu segalanya? Apa aku ini pelayanmu? Dirumah aku juga
seorang Kong-ju (Putri)!" teriak Chae-gyeong. Chae-gyeong mengambil sepatu
Shin dan melemparnya mengenai punggung Shin. Shin berbalik dan menghampiri
Chae-gyeong. Semua orang cemas karna Pangeran Shin tak pernah diperlakukan
seperti itu sebelumnya. Chae-gyeong sedang berada dalam masalah besar.
Shin
menghampiri Chae-gyeong. Dan menudingnya. "Kau satu-satunya gadis yang
berani melakukan hal ini padaku. Kau imut dan menarik juga. Aku
menyukaimu" kata Shin. Shin mencoba mendekatkan wajahnya ke arah
Chae-gyeong. Chae-gyeong menutup matanya dan bibirnya menunggu ciuman Shin.
Tapi.......
Ternyata itu
hanya khayalan Chae-gyeong. Dia tak melempar Shin dengan sepatu. Sepatu Shin
masih tergeletak di lantai. Kang-hyun menghampirinya dan berkata,
"Sepertinya kau baru saja melakukan kesalahan". "Untung saja
hari ini aku masih bisa bersabar. Kalau lain kali Shin masih tetap seperti itu,
awas saja dia!" kata Chae-gyeong. Sun-yeong dan Hee-sung yang baru saja
datang langsung berebut sepatu Shin. Dengan santai Chae-gyeong merebut sepatu
Shin dan naik ke lantai atas meninggalkan teman-temannya.
Chae-gyeong dan teman-teman sekelasnya berlatih menyanyi. Tapi suara merdu teman-temannya kalah dengan suara fals Chae-gyeong. Gurunya berteriak marah pada Chae-gyeong.
Bangunan B
dan C di sekolah Chae-gyeong adalah untuk anak-anak jurusan teater dan tari.
Sedangkan bangunan A adalah bangunan dimana Chae-gyeong dan teman-temannya
berada. Sejak Pangeran Shin bersekolah disitu dan mengambil jurusan teater,
banyak orang yang kemudian ikut mengambil jurusan itu.
Chae-gyeong
sedang asyik ngemil dan jalan-jalan. Secara tak sengaja dia mendengar seseorang
sedang berbicara. Dia berusaha mengintip. Ternyata Shin bersama Hyo-rin sedang
asyik ngobrol. Chae-gyeong mendengarkan dan ternyata Shin sedang berusaha
melamar Hyo-rin. "Sang Pangeran sedang melamar gadis pujaannya. Itu pasti
akan menjadi berita yang heboh!" kata Chae-gyeong dalam hati.
Di rumah
Chae-gyeong, Ibu Chae-gyeong marah-marah melihat kamar Chae-gyeong yang
berantakan. Tapi Ayah Chae-gyeong membela putrinya. Ibu Chae-gyeong menelpon
Chae-gyeong. Sementara Ayah Chae-gyeong berusaha membujuknya untuk tidak
marah-marah.
Chae-gyeong
masih asyik menguping pembicaraan Shin dan Hyo-rin. " Ini adalah kebijakan
untuk anggota Keluarga Kerajaan yang memang harus menikah di usia muda. Dan
dalam kasusku, sejak aku jadi seorang pangeran, aku mungkin harus menikah
dengan seorang gadis pilihan orangtuaku. Setidaknya aku bisa bilang pada mereka
kalau aku sudah punya seorang gadis yang ingin kunikahi. Kita kan sudah
berteman dekat. Itu lebih baik daripada harus menikah dengan seseorang yang tak
kukenal" kata Shin.
"Aku
tak ingin merusak persahabatan kita dengan hal semacam ini. Hal itu pasti penuh
dengan tanggung jawab. Dan seperti yang kau tahu, impianku adalah menjadi
seorang balerina terkenal. Aku pasti akan bisa melakukannya, aku tak ingin
menyerah sekarang. Jika aku jadi seorang putri, bukankah aku harus menyerah
dengan semua impianku itu?" jawab Hyo-rin.
"Gadis itu sangat keren, aku
juga akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya. Siapa juga yang
mau menikah dengan Pangeran brengsek seperti dia" batin Chae-gyeong.
Hyo-rin tersenyum. Tapi Shin bersedih mendengarnya. Kemudian Chae-gyeong merasa
sedih melihat tatapan Shin yang kecewa mendengar penolakan Hyo-rin. Tiba-tiba
HP Chae-gyeong berbunyi. Chae-gyeong kaget. Begitu pula dengan Shin dan Hyo-rin
yang ada di dalam ruangan. Chae-gyeong langsung mematikan HPnya.
Shin keluar dan menemukan Chae-gyeong yang hendak kabur dari tempat itu. "Siapa kau?" tanya Shin. Tapi Chae-gyeong malah bernyanyi seolah tak mendengar perkataan Shin. Shin bertanya lagi apa Chae-gyeong mendengar yang dibicarakannya tadi. Chae-gyeong bilang untuk apa dia mendengar. Apa bangga di tolak seorang gadis. Tentu saja Shin kaget mendengarnya. Itu berarti Chae-gyeong mendengar semua percakapannya.
Shin keluar dan menemukan Chae-gyeong yang hendak kabur dari tempat itu. "Siapa kau?" tanya Shin. Tapi Chae-gyeong malah bernyanyi seolah tak mendengar perkataan Shin. Shin bertanya lagi apa Chae-gyeong mendengar yang dibicarakannya tadi. Chae-gyeong bilang untuk apa dia mendengar. Apa bangga di tolak seorang gadis. Tentu saja Shin kaget mendengarnya. Itu berarti Chae-gyeong mendengar semua percakapannya.
Chae-gyeong langsung kabur. Shin berteriak melihatnya. "Hei! Celana olahraga! Berhenti!" teriak Shin. Tapi Chae-gyeong tak mempedulikan teriakan itu.
Di rumah, Ibu Chae-gyeong tambah marah karna Chae-gyeong berani mematikan telponnya. Kemudian Ibu Chae-gyeong mengeluh karna ada begitu banyak hutang yang harus dibayar dan Ayah Chae-gyeong tak lagi bekerja. Kemudian tiba-tiba Ibu Chae-gyeong berkata kalau lebih baik mereka bercerai saja. Ayah Chae-gyeong berteriak mendengarnya. "Apa kau gila? Apa kau sakit? Kau selalu saja berkata seperti itu saat kau marah!" teriak Ayah Chae-gyeong. Ibu Chae-gyeong pun diam karnannya.
Tiba-tiba ada tamu datang. Mereka bilang dari kerajaan. Kemudian Ayah Chae-gyeong mempersilahkan tamunya masuk. Ayah dan Ibu Chae-gyeong memberikan foto Kakek Chae-gyeong dan Chae-gyeong.
Mereka datang membawa pesan dari Keluarga kerajaan. Mereka bilang, ada janji yang dibuat antara Raja Seong-jo dengan Tn. Shin (Kakek Chae-gyeong). Mereka membawa dua buah benda. Cincin dan separuh potongan medali. Ayah dan Ibu Chae-gyeong kaget melihat benda itu. Mereka bilang pasangan cincin dan potongan medali itu disimpan Tn. Shin. Jadi mereka menunggu keluarga Shin datang ke istana untuk menyatukan cincin dan medali itu.
"Cincin itu masih ada kan?" tanya orang dari istana. Ayah dan Ibu Chae-gyeong menjawab dengan gugup kalau benda-benda itu masih ada.
Di kelas, Shin tak konsentrasi mendengarkan pelajaran mengenai film. Dia terpikir apa yang pernah dikatakan oleh Ibu Suri. Dia harus menikah dengan seseorang yang sudah dipilihkan oleh kakeknya.
Pulang sekolah, banyak cewek berteriak histeris karna semua cewek ingin berusaha mendekati Shin tapi di tahan oleh para pengawal-pengawalnya. Kang-hyun dan Chae-gyeong berusaha menahan Sun-yeong dan Hee-sung yang ikut-ikutan berteriak histeris.
Hee-sung penasaran dengan gadis yang katanya dijodohkan dengan Shin. Chae-gyeong bilang apa mereka ingin tahu siapa gadis itu? Kang-hyun bilang dari mana Chae-gyeong tahu. Chae-gyeong bilang dia hanya dengar saja. Kemudian dia berusaha kabur pulang ke rumah naik sepedanya.
Shin sedang ada di dalam mobilnya sambil membaca koran yang berisi tentang kabar pernikahannya sambil mendengarkan berita. Tak sengaja dia melihat Chae-gyeong. Jadi dia meminta para pengawalnya untuk berhenti. Shin bertatapan dengan Chae-gyeong. Shin mengancam Chae-gyeong untuk tak menyebarkan apa yang sudah didengar Chae-gyeong. Tiba-tiba ada wartawan yang memfoto mereka. Tentu saja pengawal Shin tak tinggal diam. Wartawan itu pun segera dibekuk. Chae-gyeong bertambah kesal pada Shin.
Ratu bertemu Ibu Suri untuk membicarakan tentang pernikahan Shin. Sebenarnya Ratu kurang setuju dengan pernikahan ini karna Shin sama sekali tak mengenal gadis itu. Kemudian Ibu Suri memperlihatkan surat peninggalan mendiang suaminya. Dalam surat itu tertulis bahwa Kaisar inging menjodohkan Pangeran dengan Putri dari Keluarga Shin untuk membalas jasa Keluarga Shin yang telah menyelamatkan nyawanya. Ratu pun mulai berusaha untuk mengerti dna menghormati keputusan yang diambil oleh Ibu Suri.
Sementara itu di Inggris, Lee Yul dan Ibunya yang tinggal disana sedang mengobrol. Ibunya bilang Shin akan segera menikah. Yul tentu saja kaget mendengarnya. Ibunya bilang karna Ayah Shin sakit-sakitan, jadi dia menikahkan Shin dan akan segera mengangkat Shin menjadi Raja menggantikannya.
Ibu Yul mengatakan pada Yul agar pulang lebih dulu ke Korea. Ada beberapa hal yang harus di persiapkan dulu olehnya. "Sudah 14 tahun berlalu dengan tenang. Ini saatnya untuk beraksi" kata Ibu Yul. Yul menatap ibunya tak mengerti.Yul dan Ibunya termasuk keluarga kerajaan. Tapi mereka sekarang tinggal di luar negeri, tepatnya di Inggris.
Shin sedang asyik dengan iPod-nya saat berbicara dengan Raja dan Ratu. Shin mengamati sebuah surat. "Jadi kau sudah memilih" kata Raja. " Memilih apa?" Shin balik bertanya. "Tentu saja memilih seorang istri" jawab Raja. "Kenapa harus memilih kalau hal itu sudah dipilihkan untukku" kata Shin dengan dingin. "Tak bisakah kau letakkan alat itu dulu!" perintah Raja. Shin pun segera meletakkan iPod-nya.
"Hubungan
mereka itu seperti apa sampai punya perjanjian seperti ini?" tanya Shin.
"Ini adalah perjanjian antara Kakekmu dengan satu-satunya sahabat
terbaiknya" jawab Raja. "Apa benar seorang Raja bisa punya seorang
teman?" kata Shin. "Seja (Putra Mahkota), tingkah macam apa yang kau
tunjukkan pada Ayahmu" Ratu marah melihat kelakuan Shin.
"Seperti
yang kau bilang, sebagian besar Raja kesepian. Itulah kenapa seorang teman yang
sangat mengerti dibutuhkannya. Kakekmu sangat beruntung karna dia memiliki
seorang teman seperti itu dan dia ingin menghadiahi sesuatu pada teman baiknya
itu. Itulah kenapa, dia mengirim cincin dan medali itu kepada temannya, bersama
dengan surat yang ada ditanganmu sekarang" jelas Raja.
"Ini
benar-benar lucu. 'Perjodohan antara Pangeran dan Cucu dari temanku yang
setia'. Yang dimaksud itu aku kan?" kata Shin membacakan isi surat yang
sedari tadi dipegangnya. "Sebenarnya bukan. Seperti yang kau tahu, saat
perjanjian ini dibuat, kakakku masih hidup. Dan cucu kakek yang dimaksud,
Pangeran yang dimaksud bukan kau melainkan Yul. Sejak kematian kakakku, aku
jadi seorang Raja. Dan sekarang janji itu pun menurun padamu. Yang paling
penting adalah perasaanmu. Aku tak ingin memaksamu kalau kau tak menginginkannya"
jelas Raja. Shin berpikir.
Chae-gyeong
baru sampai rumah dan mendapati keadaan rumahnya yang mirip kapal pecah.
Chae-gyeong menemukan banyak sekali surat tagihan di atas meja. Salah satunya
surat yang menyebutkan bahwa barang-barangnya akan disita bila Ayah nya tak
segera melunasi hutang-hutangnya.
Chae-gyeong
menghampiri Ibunya yang ada di halaman belakang sambil membawa surat itu.
Dilihatnya Ibunya sedang bersedih. "Ibu, apa kau bilang ingin bercerai
dari Ayah lagi? Jangan. Saat kau bilang begitu pada Ayah aku merasa sangat
sakit sekali" kata Chae-gyeong sambil memeluk Ibunya. Ibunya melepaskan
pelukannya karna sesak. Chae-gyeong bertanya itu surat apa? Ibunya bilang itu
hanya surat ancaman seperti biasanya, jangan terlalu dipikirkan.
Tiba-tiba Chae-gyeong
menggenggam tangan ibunya dan berkata, "Ibu, saat aku sukses, aku akan
menghentikan penderitaan ini. Setelah itu hanya akan ada hari bahagia. Kumohon
percayalah padaku". "Apa yang bisa dilakukan oleh Putri Shin?"
tanya Ibunya. "Aku akan menjadi seorang desainer. Seorang desainer yang
terkenal di seluruh dunia" jawab Chae-gyeong. "Berhenti
bermimpi" kata Ibunya. "Baiklah" jawab Chae-gyeong lesu.
Kemudian ia merayu ibunya untuk membelikannya mesin jahit. Tentu saja Ibunya menolak
mentah-mentah keinginan Chae-gyeong.
Ibunya
menerima telpon dari seseorang. Jadi Chae-gyeong pun masuk ke dalam rumah.
Dilihatnya Ayahnya sedang sibuk mencari sesuatu. Ternyata Ayahnya sedang
mencari cincin pertunangan yang diberikan oleh mendiang Kakek Chae-gyeong.
Ternyata Chae-gyeong ingat dimana dia melihat cincin itu. Ternyata cincinnya
dijadikan ganjal meja! (ckckckck.....bener-bener...). Ayah Chae-gyeong
berteriak senang karna cincinnya sudah ketemu. Ibu Chae-gyeong berteriak senang
karnanya.
Di istana,
Raja merasa senang karna Shin memutuskan untuk menyetujui pernikahan itu. Raja
bilang, calon istri Shin berasal dari sekolah yang sama dengan Shin, dari
jurusan Seni. Kemudian Raja menyerahkan sebuah foto pada Shin. Betapa
terkejutnya Shin melihat foto itu. Itu foto Chae-gyeong!
Di rumahnya,
Chae-gyeong sama terkejutnya dengan Shin. Dia menolak mentah-mentah perjodohan
itu. Chae-gyeong ingin mengembalikan cincin dan medali itu ke keluarga
kerajaan dan bilang kalau dia tak ingin menikah dengan
pangeran. Chae-gyeong mencoba membuang cincin itu, tapi dihalangi
Ayahnya. Chae-gyeong bilang dia masih sekolah. Mana mungkin dia bisa
menikah. Lagian mana mungkin pangeran mau menikah dengan seorang agdis seperti
dia. Ibunya bilang, dia akan membelikan Chae-gyeong mesin jahit kalau
Chae-gyeong mau menikah dengan pangeran. Ayahnya juga bilang, pangeran sudah
setuju untuk menikah dengan Chae-gyeong.
Kemudian
Chae-gyeong bilang, bagaimana dia bisa menikah dengan seseorang yang mencintai
wanita lain. Ayah, Ibu dan adiknya tentu saja kaget mendengarnya. Kemudian dia
bercerita kalau dia melihat dan mendengar sendiri kalau pangeran sedang melamar
gadis pujaannnya. Gadis itu dari keluarga kaya, anak satu-satunya. Gadis itu
cantik dan pandai menari balet. Itulah kenapa Chae-gyeong tak ingin menikah
dengan pangeran. Mendengar kata-katanya, keluarganya membiarkan Chae-gyeong
pergi dan masuk ke kamarnya.
Shin sedang
berlatih memanah ditemani asisten pribadinya. "Ratu setuju untuk
mengurangi jumlah pengawal yang akan mengawal Anda ke sekolah. Tapi tentu saja
dia khawatir karna sejak peristiwa pertunangan Anda tersebar keluar, pasti
semuanya akan jadi tambah rumit sekarang. Jika anda tak menyetujui pertunangan
ini, mengapa anda melakukan ini semua?" kata Asistennya. "Apa ada
yang dikatakan lagi oleh Ratu" kata Shin dengan nada dingin. "Ratu
sedang sibuk mempersiapkan pestanya. Beliau juga khawatir kalau calon istri
anda tak bisa menerima keadaan di dalam istana" jawab asistennya.
"Kau juga berpikir begitu?" tanya Shin. "Saya tak berani berkata
seperti itu" jawab asistennya lagi. "Bukankah itu menarik? Di abad ke
21 seperti sekarang ini masih ada peraturan semacam itu. Tapi tak apa, aku
merasa sedikit bosan dan meskipun dia tak sesuai dengan standar tapi mungkin
dia akan membawa sesuatu yang baru disini" kata Shin.
Di sekolah,
saat sedang bercanda bersama dengan teman-temannya, secara tak sengaja,
Chae-gyeong menabrak Hyo-rin. Chae-gyeong kaget karnanya. Tapi Hyo-rin seakan
tak peduli.
Di kelas
baletnya, semua teman-teman Hyo-rin sedang asyik membicarakan tentang calon
istri Putra Mahkota Lee Shin yang katanya berasal dari sekolah yang sama dengan
mereka. Hyo-rin tersenyum mendengarnya karna mengira, dialah calon istri Shin.
Hyo-rin
menemui Shin dan bilang kalau semua orang sedang membicarakan dirinya. Hyo-rin
bilang bukankah Shin berjanji akan merahasiakan hubungan mereka. Shin bilang
Hyo-rin tak perlu khawatir. Yang mereka bicarakan bukan Hyo-rin. Shin juga baru
tahu hal itu. Dan berkata Hyo-rin tak perlu khawatir. Calon istrinya bukan
Hyo-rin. Tapi cewek lain yang juga satu sekolah dengan mereka. Cewek itu
mungkin sedih karna melihat dan mendengar calon suaminya melamar cewek lain.
Tentu saja Hyo-rin kaget mendengar penuturan Shin.
Chae-gyeong sedang ada di beranda rumahnya sedang mengamati bunga, sedangkan kedua ortu dan adiknya ada di ruangan di belakangnya. "Baiklah. Karna suatu saat aku juga akan menikah, jadi tak ada salahnya kalau aku menikah sekarang" kata Chae-gyeong. Tentu saja keluarganya bersorak mendengar kata-katanya itu, tapi tanpa suara. Takut ketahuan lagi nguping. hehehe. Tapi kemudian mereka kecewa karna Chae-gyeong bilang lagi, "Tidak, aku tak bisa melakukannya. Aku masih muda dan masa depanku masih panjang".
"Tapi ini kesempatan sekali seumur hidup. Aku mungkin harus mengambilnya" kata Chae-gyeong tiba-tiba membuat keluarganya senang lagi. Tapi kemudian lesu lagi karna Chae-gyeong bilang "Tidak, tidak, tidak. Kuasai diri. Jangan kehilangan akal sehat. Berpikir yang normal saja". Sepertinya Chae-gyeong memang sengaja mempermainkan mereka. hihihi...
Saat Chae-gyeong berbalik, mereka pura-pura sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Kemudian Ibu Chae-gyeong berkata, "Putri Shin, apa kau sudah mempersiapkan diri mengunjungi Ratu besok?". "Siapa juga yang mau bertemu dengannya" sangkal Chae-gyeong. "Tapi kami sudah membuat janji agar kau bertemu dengannya" kata Ayah Chae-gyeong. "Aku tak peduli. Aku tak pernah membuat janji. Tak ada yang harus aku lakukan" kata Chae-gyeong lagi sambil mendesak masuk ke dalam rumah.
Tiba-tiba Chae-gyeong berbalik sambil tersenyum dan berkata, "Haruskah aku bertemu dengannya?". Akhirnya keluarganya sadar kalau Chae-gyeong sedang mempermainkan mereka. Karna kesal, mereka pun melempari Chae-gyeong dengan bantal kursi yang ada di dekat mereka.
Di kamar, Chae-gyeong sedang sibuk mengutak ngutik mesin jahitnya. Chae-jun adiknya turun dari kamarnya yang ada di atas kamar Chae-gyeong. "Sebagai wanita ke-3 paling berpengaruh di Korea, kenapa kau malah sibuk dengan mesin rusak?" tanya Chae-jun. "Kau itu bicara apa?" tanya Chae-gyeong tak mengerti. "Nomor 1 : Ibu Suri, nomor 2 : Ratu, nomor 3 : Putri Mahkota, yaitu kau 'twaeji', " jawab Chae-jun.
Tentu saja Chae-gyeong marah karna adiknya memanggilnya twaeji yang artinya babi. "Beraninya kau memanggil kakakmu babi" kata Chae-gyeong. "Jika kau menikah dengan putra mahkota, aku akan memanggilmu kakak" kata Chae-jun dengan enteng. Chae-gyeong yang kesal pun memukuli adiknya. "Kau pikir aku akan menikah?" tanya Chae-gyeong. "Aku menderita harus naik turun tangga. Jika kau menikah, kamar ini akan jadi milikku. Ini juga baik untukmu. Kau takkan terganggu karna aku berisik. Kau tinggal menikah saja" jawab Chae-jun. "Kau bisa melupakan mimpimu itu" kata Chae-gyeong. "Jika kau tak mau menikah, aku mau. Aku juga lebih cantik darimu!" ledek Chae-jun. Tentu saja Chae-gyeong tak terima dan berkata, "Kau mau mati ya. Jangan lari!". Tapi Chae-jun tentu saja sudah buru-buru kabur dari dalam kamar.
Keesokan harinya, Ibu CHae-gyeong mendandani Chae-gyeong. Ayahnya memujinya kalau Chae-gyeong cantik sekali hari ini. Tapi Chae-gyeong sama sekali tak senang. Sementara Chae-jun sedang asyik makan.
"Aku sudah bilang pada kalian, aku tak mau menikah. Kenapa kalian lakukan semua ini padaku?" kata Chae-gyeong. "Aku tahu perusahaan Ayah sudah bangkrut. Dan karna hal itu Ayah tak bekerja setahun belakangan ini. Dan Ibu bekerja keras untuk membiayai sekolahku yang mahal. Aku tahu kalau kalian berdua sudah bekerja keras untuk kami berdua, Tapi...apa kalian bahagia menjualku seperti ini?" lanjut Chae-gyeong. Ayah dan Ibu Chae-gyeong saling berpandangan, Ayah Chae-gyeong menunduk. Sementara Chae-jun sedang asyik mengamati cincin pertunangan kerajaan. "Baiklah. Anggap saja tak pernah terjadi apa-apa!" teriak Ayah Chae-gyeong sambil merampas cincin yang sedang dipegang oleh Chae-jun lalu membuangnya ke halaman.
Tentu saja Ibu Chae-gyeong tak setuju dengan tindakan suaminya. Sementara Chae-jun berlari keluar untuk mencari cincin itu. Ayahnya bilang tak perlu lagi merasa terancam, uang bukan segalanya. Tapi Ibunya bilang uang itu segalanya. Ayahnya tahu yang dikatakan Ibu benar. Jadi dia hanya bisa menunduk lesu.
"Kau masih muda dan kau tak tahu apa yang terpenting bagi seorang wanita. Hal yang terpenting bagi seorang wanita adalah menikah. Aku tak ingin kau sepertiku. Mengalami kesulitan dalam hidupmu. Itlah kenapa kubilang ini yang terbaik untukmu. Kami tak menjualmu. Bagaimanapun juga ini hidupmu dan kau lah yang harus membuat pilihan. Lupakan saja. Lupakan dan..." kata Ibu Chae-gyeong sambil melirik ke arah suaminya. Ayah Chae-gyeong mengerti, lalu mengambil sebuah bungkusan yang ada disampingnya. Ternyata bungkusan itu berisi mesin jahit model terbaru. Awalnya Chae-gyeong senang, tapi dia tahu harga mesin itu sangat mahal. Chae-jun masuk kembali ke dalam rumah dan berkata dia menemukan cincinnya.
Ayahnya ingin membuang kembali cincin itu, tapi dihalangi oleh Chae-jun. Kakaknya sudah dibelikan sebuah mesin jahit model terbaru. Jadi tak ada salahnya kalau Chae-jun menginginkan cincin ini untuk dipamerkan pada teman sekelasnya karna dia meminta MP3 player tapi tak dibelikan oleh kedua ortunya. Tiba-tiba bel pintu rumahnya berbunyi. Ayahnya pikir itu orang-orang dari istana. Tapi ternyata tamunya orang yang hendak menyita barang-barang mereka karna belum melunasi hutangnya.
Mereka menempeli semua barang-barang di rumah Chae-gyeong dengan kertas merah tanda bahwa barang-barang itu disita karna Ayah Chae-gyeong tak bisa melunasi hutang-hutangnya. Mereka tak mau mendengar meskipun Ibu Chae-gyeong mencoba meminta waktu untuk melunasi hutangnya. Mereka juga bahkan menempeli mesin jahit baru Chae-gyeong dengan kertas merah itu hingga membuat Chae-gyeong tentu saja tak terima. Mereka bahkan menempeli dahi Ayah Chae-gyeong dengan kertas itu juga.
Karna tak terima, Ayah Chae-gyeong berusaha melawan mereka, tapi dia malah jatuh tersungkur. Ibu Chae-gyeong berusaha membantu suaminya, terjadilah keributan. Chae-gyeong tak terima orangtuanya diperlakukan seperti itu. Dia pun ikut membantu kedua orangtuanya. Sementara itu Chae-jun yang memegang sapu hanya bisa diam karna takut pada orang-orang itu. Rambut Chae-gyeong yang tadinya rapi, sudah berubah berantakan.
Chae-gyeong berteriak sambil berusaha melindungi orangtuanya yang hendak diserang saat utusan dari istana datang untuk menjemput Chae-gyeong. Chae-gyeong meminta pada Chae-jun untuk menyerahkan cincin-nya. Kemudian dia pun pergi untuk menemui utusan dari istana dan ikut mereka ke istana untuk menemui ratu sambil menggenggam cincinnya. Sebelum pergi, dia masih sempat mengambil kertas merah dari dahi Ayahnya. Walaupun keluarganya memperingatkan untuk merapikan dulu rambutnya yang berantakan, Chae-gyeong tak terlalu mempedulikannya.
Chae-gyeong pun dibawa ke istana. Sampai disana, dia menyaksikan orang-orang istana yang sedang berlatih memainkan alat musik, ada yang sedang menata meja, dll. Chae-gyeong dibawa ke sebuah ruangan dan diminta menunggu Ratu di tempat itu. Sebelumnya, salah satu dari mereka mengatakan tentang peraturan dalam istana, Chae-gyeong tak boleh memandang mata Ratu, tak boleh memotong pembicaraan Ratu dan harus memanggil Ratu dengan Hwanghung Mama (Yang Mulia Ratu).
Seorang pelayan mengantarkan teh untuk Chae-gyeong. Sepeninggal pelayan itu, Chae-gyeong mengamati sekelilingnya dan melihat ada begitu banyak benda seni yang membuatnya tertarik untuk mengamati. Karna tak hati-hati, dia menyenggol meja berisi keramik tapi keramiknya berhasil diselamatkan olehnya. Setelah itu, dia mencoba untuk meminum teh nya, tapi setelah minum teh itu tumpah ke roknya dan membuat roknya yang berwarna putih jadi terkena air teh yang berwarna merah. Saat itulah terdengar pengumuman kalau Ratu sudah tiba..
to be continue...
Princess Hours Episode 2
Chae-gyeong sedang mencoba menambahkan noda di rok-nya saat seorang dayang
mengumumkan kedatangan Ratu. Maksud Chae-gyeong agar noda teh itu seperti motif
alami di rok-nya. Tapi yang terjadi, malah warnanya jadi ga karuan. Ckckck…benar-benar
ide yang buruk.
Chae-gyeong menyambut kedatangan Ratu. Ratu menyuruh Chae-gyeong untuk
duduk. Mereka duduk berhadapan. Ratu menerapkan potongan medali yang dibawa
Chae-gyeong dengan potongan medali peninggalan mendiang Raja, suami dari Ibu
Suri yang sudah meninggal. Kedua potongan medali itu pun jadi sebuah medali
yang utuh.
“Maksudku mengundangmu ke istana adalah untuk mendengarkan pendapatmu
tentang perjodohan ini” kata Ratu. “Ya, Hwanghu Mama” jawab Chae-gyeong
terbata-bata. “Ini adalah janji yang dibuat oleh mendiang Raja dengan Kakekmu.
Apa yang kau pikirkan tentang hal ini? Kau pasti merasa ini sangat berat
untukmu karma kau masih sekolah, kan ?”
tanya Ratu. “Ya….Yang Mulia” jawab Chae-gyeong malu-malu.
“Sebagai seorang calon mempelai, kau harus hormat pada orang yang lebih tua
dan memberikan banyak anak untuk kami. Tapi ini adalah pernikahan yang sangat
penting yang pasti takkan mudah untuk dijalani” kata Ratu. Chae-gyeong agak
gugup mendengarnya. “Sebenarnya, aku dating untuk mengatakan kalau aku setuju
untuk menikah” jawab Chae-gyeong sambil menunduk lesu. Ratu memandang seakan
tak percaya pada Chae-gyeong. “Benarkah? Kupikir kau sangat menentang hal ini”
kata Ratu. “Jika semuanya lancer, bolehkah aku meminta sesuatu?” tanya
Chae-gyeong. “Apa itu?” Ratu balik bertanya.
“Ini satu-satunya pilihan yang ku punya. Anda mungkin sudah tahu keadaan
keluargaku. Ayahku seorang pengangguran dan Ibuku hanya seorang sales asuransi”
cerita Chae-gyeong. “Lalu…?” tanya Ratu lagi. “Jadi kupikir, jika orangtuaku
yang menderita bisa berubah jadi nyaman…” lanjut Chae-gyeong. “Kurasa kau ingin
mendapat sebuah imbal balik untuk persetujuanmu itu. Kau sepertinya lebih
pintar dari yang kubayangkan” sindir Ratu. Chae-gyeong gugup mendengar
kata-kata Ratu yang sinis. “Apa kau ingin membuat suatu perjanjian dengan
pernikahan ini?” lanjut Ratu. “Ini bukan suatu perjanjian, tapi hanya sebuah
permohonan” jawab Chae-gyeong agak ketakutan. “Ini bukanlah sesuatu yang harus
kau campuri. Karna kau akan menjadi bagian dari Keluarga Kerajaan, keluargamu
akan menerima banyak hal yang bisa mengembalikan reputasi keluargamu” kata Ratu
kemudian.
Chae-gyeong memandang Ratu seakan tak percaya. “Oh, benarkah? Terimakasih
banyak, Yang Mulia! Aku akan menikah!” kata Chae-gyeong dengan penuh semangat.
Ratu memandang Chae-gyeong dengan tatapan kecewa. Tiba-tiba dayang yang di luar
berseru kalau Ibu Suri datang. Chae-gyeong dan Ratu pun berdiri untuk menyambut
kedatangan Ibu Suri. Ratu mengenalkan Chae-gyeong pada Ibu Suri. Ibu
Suri bilang, Chae-gyeong lebih cantik dari yang beliau lihat di foto.
Chae-gyeong senyum-senyum mendengarnya. “Kudengar kau menyetujui rencana
pernikahan itu” kata Ibu Suri. “Jika Anda setuju, maka aku pun menyetujuinya”
jawab Chae-gyeong malu-malu. Tiba-tiba Ratu melihat rok Chae-gyeong dan
bertanya apa yang terjadi dengan rok Chae-gyeong. Chae-gyeong gugup. Ibu Suri
meminta Ratu dan Chae-gyeong untuk duduk.
Chae-gyeong berkata kalau rok nya terkena tumpahan teh yang disajikan
untuknya. Ibu Suri bilang tak mungkin kalau noda teh bisa meninggalkan warna
seperti itu karna teh yang disajikan untuk Chae-gyeong menggunakan pewarna
alami. Ratu meambahkan mungkin ada orang yang memasukkan zat kimia ke dalamnya.
Jadi teh itu sekarang sudah bukan teh yang sehat lagi.
Ibu Suri mengalihkan pembicaraan kenapa Chae-gyeong menyetujui lamaran itu.
Chae-gyeong mencoba menjelaskan tapi dia bingung karna tak terbiasa memakai
kalimat formal. (Di Negara Korea ,
orang yang lebih rendah pangkatnya, lebih muda usianya, harus menggunakan kalimat
formal pada orang yang lebih tinggi pangkatnya ataupun yang lebih tua usianya
(Honorifik). Kalau di Jawa namanya bahasa kromo ma bahasa ngoko).
Ibu Suri bilang pada Chae-gyeong untuk memakai bahasa yang biasa dipakai di
era modern ini. Tapi Chae-gyeong bingung karna melihat Ratu yang sepertinya tak
setuju dengan kata-kata Ibu Suri. Di tambah dengan gugupnya maka terciptalah
bahasa yang campur aduk tak karuan yang sukses membuat Ibu Suri kebingungan dan
membuat Ratu jadi tidak menyukai Chae-gyeong karna tak memakai bahasa formal
untuk berbicara pada Ibu Suri. Hehehehehe…
Chae-gyeong hendak pulang dengan diantar oleh dua orang pengawal. Dalam
perjalanan, Chae-gyeong bingung, dia terus merasa kalau dia sudah salah memilih
untuk menyetujui pernikahan itu.Di depan lift, secara kebetulan dia bertemu
dengan asisten pribadi Shin. “Kau pasti anak itu. Kau hampir mirip seperti
kakekmu” kata Asisten Shin. “Apa anda mengenalku? Mengenal Kakekku juga?” tanya
Chae-gyeong sambil tersenyum senang. Asisten Shin mengangguk mengiyakan.
“Oi….Celana olahraga!” seru seseorang. Chae-gyeong kaget mendengarnya.
Semua orang berbalik ke arah suara itu. Ternyata Shin yang memanggil
chae-gyeong. Shin meminta semuanya untuk pergi karna dia ingin bicara berdua
dengan Chae-gyeong. Chae-gyeong hanya diam tanpa bereaksi.
“Kau terlihat sangat alami, mudah di atur… Kurasa kau menyenangkan” kata
Shin. Chae-gyeong memandang Shin dengan sinis. “Apa? Alami..mudah diatur..dan
menyenangkan?” tanya Chae-gyeong. “Kau seperti seorang tokoh utama sebuah komik
yang sangat ceria” jawab Shin dengan santai. Tentu saja Chae-gyeong tak terima
mendengarnya. Chae-gyeong memanggil pengawal yang tadi hendak mengantarnya
pulang. Tapi tak seorangpun menyahut panggilannya. Jadi Chae-gyeong terpaksa
turun sendirian dengan lift dan meninggalkan Shin tanpa mempedulikannya. Shin
tersenyum simpul melihat kelakuan Chae-gyeong.
Ibu Suri sedang melihat foto mendiang suaminya dan kakek Chae-gyeong. “Jika
mendiang Raja melihat gadis itu, Beliau mungkin takkan membuat perjanjian
seperti ini. Meskipun dia seorang gadis di era modern, tata bahasa dan
kelakuannya tak mencerminkan layaknya seorang putri. Kita berasal dari kasta
yang berbeda, bagaimana mungkin bisa memilih sebuah keluarga seperti itu?!”
keluh Ratu. “Haruskah aku bertanya pada mendiang suamiku kenapa dia melakukan
hal ini?” Ibu Suri balik bertanya dengan sedih. Ratu jadi gugup dan merasa
bersalah karnanya.
“Maafkan aku, Yang mulia” pinta Ratu. Ibu Suri mengambil sebuah kertas dan
memberikannya pada Ratu. “Mendiang Raja belajar menulis dari kakek gadis itu
dan menulis itu. Surat itu berarti bahwa kasta itu bukanlah masalah. Gadis itu
mungkin punya masalah dengan tutur bahasa, tapi matanya jernih dan
kepribadiannya begitu ceria dan alami. Dia calon yang tepat untuk jadi istri
pangeran. Mendiang Raja selalu membuat pilihan yang tepat. Dia berpikir tentang
masa depan dan membuat perjanjian ini dan berharap kita tak menghancurkannya.
Jangan mengeluh tentang pilihannya” kata Ibu Suri. Ratu hanya bisa mengangguk
mengiyakan.
Di rumah Chae-gyeong, Chae-gyeong merenung sendirian di kamarnya. Saat
Chae-jun memintanya untuk makan malam, Chae-gyeong sama sekali tak bereaksi.
Ayah dan Ibu menyusul ke kamar lalu kemudian membawa Chae-jun ke meja makan dan
membiarkan Chae-gyeong sendirian saja. Ayah Chae-gyeong khawatir karna
Chae-gyeong tak berselera untuk makan. Ibu Chae-gyeong berkata, biarkan saja.
Chae-gyeong sedang cari perhatian. Dia pikir dia gadis yang paling menderita di
dunia, tenggelam dalam penderitaannya sendiri. “Kita sudah bilang kalau dia tak
mau menikah juga tak apa-apa. Tapi dia malah datang kesana dengan keinginannya
sendiri” kata Ayah Chae-gyeong. Chae-gyeong butuh waktu untuk berpikir. Jadi
biarkanlah dia berpikir. Ibu Chae-gyeong seakan tak mau tahu dengan keadaan
Chae-gyeong, tapi saat Chae-jun hendak menghabiskan makanan, Ibu marah dan
bilang pada Chae-jun untuk menyisakan makanan untuk kakaknya.
Di sekolah, Chae-gyeong masih lesu. Dia masih bingung haruskah dia menikah
dalam usia semuda ini. “Teman-teman” panggil Chae-gyeong pada ketiga
teman akrabnya. “Apakah kalian pernah memikirkan tentang pernikahan?” lanjut
Chae-gyeong. Teman-temannya malah menertawakannya. Mana mungkin seorang murid
menikah? Di Korea, orang biasanya berumur 80 tahun. Kalau seusia mereka
menikah, maka umurnya takkan panjang. Mungkin hanya sekitar 61 tahun saja.
Lagipula, jika menikah sekarang, terus muncul orang yang benar-benar dicintai,
maka takkan bisa bersatu dengan cinta sejati. Karna itu, jangan menikah sampai
Chae-gyeong benar-benar menemukan seseorang yang dia cintai. Chae-gyeong
mengiyakan perkataan teman-temannya. Kemudian pergi meninggalkan mereka bertiga
hingga membuat ketiganya bingung.
Di rumah, keluarga Chae-gyeong sedang mengamati cincin dan medali
pertunangan Chae-gyeong. Chae-gyeong mencari medali dan cincin itu sambil
berkata pertunangan itu tidak sah, tidak harus dilakukan sekarang. Tapi Ayah
dan Ibunya menyembunyikan cincin dan medali itu di dalam jaket Chae-jun. Saat
Chae-gyeong mencarinya, Chae-jun malah menunjukkannya hingga membuat kedua
orangtuanya jengkel karnanya. Chae-gyeong hendak membawa medali dan cincin itu
ke istana untuk membatalkan pernikahannya.
Di luar rumah, Chae-gyeong melihat berita di surat kabar tentang
pernikahannya dengan Shin. Dia kesal karna beritanya begitu cepat menyebar dan
merasa lesu dan ingin pingsan saat melihat fotonya yang ada di surat kabar.
Di istana, Raja dan Shin juga sedang melihat kabar mereka di surat
kabar. Raja memerintahkan Shin untuk mengundang beberapa orang
dari beberapa kerajaan tetangga. Shin terlihat tak suka dengan hal itu tapi dia
tak bisa berkata apa-apa.
Anggota Keluarga Kerajaan sedang menikmati suguhan musik dari
para musisi istana. Shin duduk berdua dengan Ibu Suri sedangkan Raja duduk di
sebelah Ratu.
Di rumah Chae-gyeong, anggota keluarga Chae-gyeong minus Chae-gyeong sedang
asyik menikmati daging pangang. Mereka mencoba memanggil Chae-gyeong, tapi
Chae-gyeong tak mau menjawabnya. Dia sedang sibuk menangis di
kamarnya. Ayahnya bilang dia tahu yang dirasakan Chae-gyeong. Tapi Chae-gyeong
menyangkalnya. Mereka pikir Chae-gyeong menangis karna terpaksa harus menikah
dengan Pangeran Shin demi keluarga mereka. Tapi ternyata, Chae-gyeong menangis
karna melihat fotonya di surat kabar. Foto dirinya waktu lulus SMP. Saat
dirinya masih jelek dan gemuk. Wakkkkkkkkkk…..
Pagi harinya, rumah Chae-gyeong dipenuhi wartawan yang ingin mewawancarai
Chae-gyeong perihal pernikahannya dengan Pangeran Shin. Chae-jun membangunkan
Chae-gyeong. Tapi Chae-gyeong bilang dia masih ngantuk karna semalam tak bisa
tidur. Kedua orangtua dan adik Chae-gyeong pun menemui para wartawan yang ada
di depan rumah mereka. Ayah Chae-gyeong bilang pada para wartawan untuk tidak
mempublikasikan putri mereka. Ibu Chae-gyeong menambahkan putrinya masih muda
dan dia masih bersekolah, jadi seharusnya para wartawan tak melakukan ini semua
pada putrinya.
Chae-gyeong yang baru bangun tidur malah berjalan keluar meskipun sudah
diperingatkan oleh adiknya agar tak keluar karna banyak wartawan. Chae-gyeong
keluar karna dia merasa terganggu dengan suara brisik para wartawan yang
membuatnya tak bisa tidur. Chae-gyeong terus berjalan hingga akhirnya lampu
blitz menghujani dirinya. Barulah Chae-gyeong sadar. Dan saat dia berkaca,
Chae-gyeong pun berteriak melihat raut wajahnya yang berantakan.
Di istana, Ibu Suri tertawa keras-keras melihat wajah Chae-gyeong yang baru
bangun tidur yang sekarang sudah menghiasi halaman utama surat kabar. Ratu
terlihat tak suka dengan berita itu. Kenapa calon istri seorang Pangeran bisa
seperti itu. Ibu Suri bilang, dia malah suka dengan wajah polos Chae-gyeong
yang seperti itu. Raja hanya tersenyum sementara Shin salah tingkah.
Tak hanya Keluarga Kerajaan. Tapi para dayang juga sibuk menertawakan foto
CHae-gyeong di halaman surat kabar pagi itu. Asisiten Pribadi Shin yang
mengetahuinya pun memarahi kedua dayang itu.
Di rumah Chae-gyeong, Chae-gyeong bingung karna dia tak bisa berangkat
sekolah karna banyaknya wartawan yang menunggunya keluar rumah. Chae-jun
berpura-pura berpakaian seperti Chae-gyeong dan menggunakan jaket yang menutupi
seluruh tubuhnya . Sedangkan Chae-gyeong yang sudah memakai seragamnya
bersembunyi di balik pagar rumah. Ibu Chae-gyeong mengatakan agar Chae-gyeong
hati-hati di perjalanan saat Chae-gyeong palsu alias Chae-jun keluar rumah dan
di kejar oleh banyak wartawan. Sementara itu, Chae-gyeong keluar rumah dan
dibelakangnya, Ayah Chae-gyeong membopong sepeda Chae-gyeong sehingga
Chae-gyeong pun bisa keluar rumah dengan selamat. Chae-gyeong naik sepeda dengan
gembira ke sekolah.
Sementara itu, Shin berangkat ke sekolah seperti biasanya. Di kawal oleh
para pengawalnya. Di mobil Shin teringat perkataan Hyo-rin. “Aku ingin jadi
seorang penari balet yang terkenal. Jika aku menikah dengan pangeran, itu
berarti aku harus menyerah pada impianku”. Shin mendesah lesu mengingatnya.
Di sekolah, Chae-gyeong yang baru tiba, berjalan dengan lesu karna banyak
murid cewek yang membicarakan dirinya di belakangnya. Tapi kemudian dia
melupakan kata-kata mereka karna melihat ketiga sahabat baiknya sedang berkaca.
Chae-gyeong mencoba bercanda dengan mereka, tapi mereka malah marah. Mereka
bilang mereka juga ingin menikah dengan pangeran Shin. Tapi kenapa Chae-gyeong
merebut Shin dari mereka.
Chae-gyeong mencoba bicara pada Kang-yeon, tapi Kang-yeon tak mau mendengar
dan pergi. Sun-yeong dan Hee-sung menangis kecewa. Chae-gyeong bilang dia juga
frustasi dengan pernikahan ini. Tapi apa mau dikata, semua terjadi begitu saja.
Chae-gyeong mengamati sekelilingnya. Ternyata para murid cewek banyak yang
memperhatikannya dan memandangnya dengan tatapan tak suka. Tiba-tiba dari arah
belakang, seorang guru berteriak memanggil Chae-gyeong yang melanggar tata
tertib karna memakai seragam yang tak semestinya. Seperti biasanya, Chae-gyeong
memakai rok sekolah dan juga celana olahraga sekaligus. Chae-gyeong pun
langsung lari dari kejaran guru itu.
Sementara itu, Shin juga digoda para sahabatnya. Mereka bilang, tak dapat
dipercaya kalau di abad 21 ini masih ada juga yang namanya perjodohan. Shin
hanya tersenyum menanggapi perkataan teman-temannya. Mereka juga bilang, jika
seorang pangeran akan menikah, harusnya diadakan audisi untuk menjadi seorang
istri Pangeran. Shin tertawa mendengarnya. Lalu saat salah seorang dari mereka
berkata bagaimana dengan Hyo-rin, wajah Shin berubah kaku. Mereka terus
menggodanya dan berkata, tadinya Shin dan Hyo-rin pasangan rahasia, sekarang
jadi pasangan tak berguna. Shin melemparkan pen yang dipegangnya. Membuat
temannya pun terdiam.
Di ruang balet, sama seperti hal nya cewek-cewek lain di sekolah mereka,
mereka mengecam foto calon istri pangeran yang ada di surat kabar. Mereka diam
saat Hyo-rin masuk ke ruangan balet.
Kang-hyeon, Hee-sung dan Sun-yeong sedang makan di kantin. Sedangkan
Chae-gyeong duduk sendirian. Tiba-tiba datang adik kelas Chae-gyeong yang
mengerubuti Chae-gyeong dan ada yang memfotony, juga meminta tanda tangan
Chae-gyeong. Ketiga teman Chae-gyeong terlihat tak suka dengan hal itu.
Chae-gyeong beruntung sekali karna bisa jadi seorang Cinderella. Hee-sung dan
Sun-yeong terus saja mengecam Chae-gyeong sementara Kang-hyeon hanya diam.
Tiba-tiba Chae-gyeong membawa makanannya dan bergabung dengan mereka, tapi
ketiganya tak suka dengan kehadiran Chae-gyeong, jadi mereka semua pergi
menjauh dari Chae-gyeong. “Hei, aku harus mengatakan sesuatu pada kalian. Aku
bukan seorang Cinderella. Aku hanya seorang gadis biasa. Apa kalian mengerti?”
kata Chae-gyeong. Mereka bertiga hanya bisa diam.
Shin melangkah keluar sekolah bersama teman-temannya. Saat hendak masuk ke
dalam mobil, tiba-tiba salah seorang temannya berteriak memanggil Hyo-rin karna
dia melihat Hyo-rin sedang berdiri di sana. Sesaat Shin menoleh. Tapi setelah
itu dia langsung masuk ke dlaam mobil tanpa mempedulikan Hyo-rin. Hyo-rin
memandang kepergian Shin dengan kecewa.
Teman-teman Shin menghampiri Hyo-rin. Mereka bertanya apa Hyo-rin baik-baik
saja. Hyo-rin bilang dia tak apa-apa. Dia hanya punya satu hal yang
dipikirkannya. Otaknya penuh dengan pemikiran tentang lomba balet. Jadi tak
bisa memikirkan hal lain. Mereka bilang akan mengantar Hyo-rin ke bandara.
Salah satu dari mereka merekam Hyo-rin. “Jika aku menang, aku akan langsung
kembali ke sekolah balet. Tapi jika aku kalah, aku takkan kembali” kata
Hyo-rin.
Di bandara, Yeol baru saja sampai di Korea . Sementara itu., Hyo-rin
hendak berangkat ke luar negeri. Mereka berdua terpaku dengan berita persiapan
pernikahan Shin dan Chae-gyeong. Hyo-rin berbalik, Yeol mencoba memperingatkan
Hyo-rin, tapi terlambat, ada orang yang menabrak Hyorin hingga membuat HP
Hyo-rin jatuh dan pecah. Yeol mencoba membantu Hyo-rin. Hyo-rin bilang dia
tidak apa-apa. Kemudian dia melihat Hp-nya. Yeol memungut Hp Hyo-rin sesaat Hp
itu masih menyala dan Yeol melihat foto Shin yang sedang berduaan dengan
Hyo-rin. Setelah itu, Hp Hyo-rin mati. Hyo-rin meminta HP-nya, kemudian pergi
meninggalkan Yeol yang bingung memikirkan foto itu.
Yeol sampai di istana. Dia melihat foto mendiang Ayahnya. Yeol menangis
karna sedih mengingat Ayahnya yang sudah meninggal. Sementara itu, Ibu Suri
sedang asyik menonton tv sambil tertawa terbahak-bahak. Tiba-tiba, seorang
dayang mengumumkan kedatangan Ratu. IbuSuri pun mematikan tv dan duduk dengan
tenang.
Ibu Suri berkata pada Ratu untuk mengirimkan hadiah pernikahan dan menata
semuanya dengan baik agar semuanya selesai tepat waktu di hari pernikahan Shin
dan Chae-gyeong. Pernikahannya harus mengikuti gaya pernikahan era kekaisaran
Korea. Ratu hanya mengangguk mengiyakan meskipun sebenarnya dia kurang setuju
dengan pernikahan ini.
Yeol melihat-lihat halaman istana. “Apakah anda, Yeol?” sapa seseorang dari
belakang Yeol. Ternyata Asisten pribadi Shin. “Yang Mulia” panggil Asisten
pribadi Shin. “Paman, apa paman masih mengenaliku?” tanya Yeol sambil tersenyum
senang. “Tentu saja, sebelum kau berangkat ke Inggris, aku ynag selalu
menggendongmu di punggungku saat kau masih kecil” jawab Asisten Shin. “Ya, aku
masih ingat. Kau sama sekali tak berubah, Paman” kata Yeol lagi. “Apa yang
terjadi dengan Anda? Ibu Suri dan Raja sangat merindukan Anda” kata
Asisten Shin lagi.
Tiba-tiba ada seorang dayang senior yang menghampiri mereka dan berteriak
memanggil-manggil Yeol. “Bibi” sapa Yeol. “Apakah ini mimpi atau kenyataan? Aku
tahu anda pasti akan kembali lagi kesini” kata Dayang senior itu. “Ibu Suri pastia
kan sangat senang melihat anda pulang. Ayo masuklah” lanjut Asisten Shin lagi
sambil mempersilahkan Yeol untuk masuk.
Ibu Suri memang sangat gembira seklai melihat kepulangan Yeol. Ibu Suri
menggenggam tangan Yeol dengan penuh kasih sayang dan kerinduan. “Kau sekarang
sudah tumbuh dewasa. Aku sama sekali tak pernah melupakanmu. Tapi
kenapa kau datang sendiri? Dimana Ibumu?” tanya Ibu Suri. Ratu yang duduk di
hadapan mereka berdua tampak terkejut mendengarnya.
“Ibu nanti akan menyusulku. Sekarang ada yang perlu dia lakukan terlebih
dahulu” jawab Yeol. “Apa kau akan tinggal disini selamanya?” tanya Ibu Suri.
Yeol mengiyakan. Ibu Suri terlihat sennag sekali mendengarnya sementara Ratu
terlihat tak terlalu menyukainya. “Lalu dimana kalian akan tinggal?” tanya
Ratu. “Kami akan menyewa sebuah rumah” jawab Yeol. “Tidak. Kalian harusnya
tinggal di istana Yeong-mu. Itu adalah kediaman mendiang Ayahmu” kata Ibu Suri.
“Tapi sepertinya disana diperlukan beberapa perbaikan” kata Yeol kemudian. “Ya,
kau benar. Istana itu sudah tua. Tinggallah di dalam istana. Kau akan merasa
tak nyaman jika menyewa sebuah rumah” bujuk Ibu Suri.
Tiba-tiba Ratu berkata, menurut hokum, istri dan anak dari mendiang raja
memang harus tinggal di luar istana. Ibu Suri berkata itu memang benar. Dia tak
sempat memikirkan hal itu karna dia terlalu bahagia melihat kedatangan Yeol.
Lalu kemudian, Ibu Suri berkata agar Yeol masuk ke sekolah kerajaan saja. Tapi
Yeol bilang dia tak mau bersekolah disitu. Yeol bilang, di Inggris dia belajar
menggambar desain. Jadi disini dia juga akan masuk jurusan desain.
Di ruangan Shin, teman-teman Shin sedang menonton video yang berisi liputan
Chae-gyeong yang norak karna diburu banyak orang. Mereka bilang, Chae-gyeong
tak pantas jadi istri seorang pangeran. Shin hanya diam saja mendengarnya. Ada
juga yang bilang, Chae-gyeong tak pantas jadi seorang putri. Shin bilang pada
mereka untuk ytak bicara apa-apa lagi. Biarlah dia atasi sendiri masalahnya.
Chae-gyeong sedang berjalan-jalan. Cewek yang berpapasan dengannya
memperhatikannya. Kemudian tiba-tiba secara tak sengaja dia bertemu Shin.
Chae-gyeong pun langsung berpaling dan bilang pada dirinya sendiri kalau dia
salah arah. Tapi Shin memanggilnya dan menghentikan langkah Chae-gyeong. Shin
mengajak Chae-gyeong bicara mengenai persiapan pernikahan mereka.
Shin bilang seseorang akan datang ke rumah Chae-gyeong. Shin bertanya
apakah Chae-gyeong sudah siap untuk masuk ke dalam istana? Chae-gyeong bilang
dia tak tahu apa? Shin bilang Chae-gyeong perlu diajari cara menjadi seorang
putrid. Chae-gyeong tak suka mendengarnya. shin menyindir ekspresi wajah
Chae-gyeong yang merengut.
“Kau sendiri yang setuju untuk menikah dan juga meminta uang di saat yang
sama. Ini bukan masalah bagiku jadi aku tak peduli. Bagaimanapun juga,
bersiaplah dengan sungguh-sungguh dan jangan membuatku jadi terlihat bodoh
karna ini bukan bercanda” ceramah Shin sambil berbalik dan meninggalkan
Chae-gyeong. “Hei, Shin-gun” panggil Chae-gyeong. “Apa? Shin-gun?”
kata Shin terkejut dengan panggilan Chae-gyeong kepadanya. “Ya, Shin-gun.
Bolehkah aku bertanya padamu?” kata Chae-gyeong saat Shin berbalik dan
menghampiri dirinya lagi.
“Kau bisa menikahi gadis yang kau suka dan berhenti menggangguku” kata
Chae-gyeong. Shin heran mendengar kata-kata Chae-gyeong. “Kau punya seorang
gadis yang pernah kau lamar, kenapa kau katakan pada orangtuamu kalau kau mau
menikah denganku?” lanjut Chae-gyeong. Shin mendekati Chae-gyeong, Chae-gyeong
mengelak ke belakang, teman-teman mereka yang sedari tadi menonton melihat
kejadian itu. Shin seakan hendak mencium Chae-gyeong.
“Kau ini tak tahu apa-apa. Apa kau pikir aku akan membiarkan gadis yang
kusuka terperangkap di dalam istana sebagai seorang putri?” kata Shin. “Lalu
bagaimana denganku?” tanya Chae-gyeong. “Sudah kubilang padamu sebelumnya. Kau
dan aku tak punya hubungan apapun. Aku tak peduli apa yang akan terjadi
denganmu, itulah kenapa aku menikahimu” jawab Shin dengan santai. “Apa
katamu?!” teriak Chae-gyeong tak terima. “Harusnya kau senang karna aku mau menikah
denganmu tanpa mengeluh” kata Shin lagi.
“Apa kau bilang?? Jadi kau lebih memilih menikah denganku daripada dengan
gadis yang kau cintai dan membuatku terjebak di dalam istana?” tanya
Chae-gyeong dengan nada jengkel dan kecewa. “Ya seperti itulah, terserah,
lupakan saja, apapun alasannya, yang pasti kau akan jadi seorang putrid. Jika
kau ingin jadi istriku, kau harus memperbaiki sikapmu dan menaikkan derajatmu
atau kau akan dapat masalah. Apa kau tahu, levelmu itu terlalu rendah untuk
jadi seorang putri” ceramah Shin. “Level?” kata Chae-gyeong. “Aku tak ingin
kebodohanmu menggangguku. Kau mengerti?” tanya Shin sambil berlalu
pergi. Chae-gyeong yang jengkel mendengar kata-kata Shin hendak memukulnya saat
Shin eranjak pergi, tapi segera mengurungkan niatnya saat Shin tiba-tiba
berbalik lagi.
“Dan kau, lepaskan celana olahragamu yang kotor itu. Jika kau tak mau, akan
kupanggil seseorang yang akan mengajarimu sopan santun…”kata Shin lagi.
“Pergilah dan belajarlah sopan santun sendiri. Dasar kau brengsek!” teriak
Chae-gyeong. Chae-gyeong berusaha menendang Shin, tapi yang terjadi dia malah
terpeleset dan jatuh. Shin malah berdiri diatasnya dan menertawakan
Chae-gyeong.
Chae-gyeong berjalan menuruni tangga dengan tertatih-tatih sambil memegangi
pantatnya yang sakit karna terjatuh tadi. Chae-gyeong bilang dia
akan terus berpakaian seperti ini walaupun dia tinggal di istana untuk Shin.
Tiba-tiba, guru yang kemarin memarahi dan hendak mengejar Chae-gyeong karna
memakai rok dan celana olahraga sekaligus muncul. Melihat Chae-gyeong tentu
saja guru itu marah dan berteriak agar Chae-gyeong berhenti. Mana mau
Chae-gyeong berhenti. Dia malah lari cepat-cepat agar tak tertangkap.
Di luar gerbang, Yeol memasuki sekolah barunya. Dia mencoba mencari
informasi tapi tak seorangpun ada disitu. Chae-gyeong yang masih berlari dari
kejaran gurunya bertemu dengan Yeol. Yeol bertanya dimana kantor jurusan
kesenian. Chae-gyeong menjawabnya sambil melepas celana olahraganya. Kantor
jurusan kesenian ada di bangunan sebelah, di lantai 2. Yeol menatap kelakuan
Chae-gyeong dengan heran. Sementara Chae-gyeong akhirnya berhasil melepas
celana olahraganya dan lari begitu saja meninggalkan Yeol yang
terbengong-benong melihatnya. Celana Chae-gyeong masih tertinggal disitu.
Chae-gyeong lupa mengambilnya karna melihat guru yang
mengejarnya sudah ada di belakang Yeol.
Yeol memungut celana Chae-gyeong. Sementara itu, Chae-gyeong terus berlari.
Tapi kemudian, dia terkejut karna ada dua orang pengawal yang menghadang dan
memberi hormat padanya. Mereka bilang, Chae-gyeong harus cepat pulang untuk
mempersiapkan pernikahannya. Chae-gyeong bilang kelasnya belum selesai dan juga
tasnya masih ada di dalam kelas. Ternyata pengawal itu sudah mengambil tas dan
sepatu Chae-gyeong dari dalam kelas. Chae-gyeong pun terpaksa ikut dengan
mereka.
Sementara itu di kelas Chae-gyeong, Kang-hyeon menatap bangku Chae-gyeong
yang kosong. Wali kelas mereka datang untuk memperkenalkan murid baru di kelas
mereka. Semua murid cewek terpesona melihat ketampanan murid baru itu karna
murid baru itu adalah Yeol. “Kita punya alien baru sekarang” kata wali kelas
Chae-gyeong. Yeol heran mendengarnya, tapi kemudian dia tersenyum membaca
poster yang ada di belakangnya. Disitu tertulis “Ruangan Planet”. Jadi jelas
saja penghuni kelas itu semuanya disebut alien. Hehehe…ada-ada saja.
“Namanya Lee Yeol. Dia alien yang tampan kan?” tanya wali kelas
Chae-gyeong. Semua murid cewek mengiyakan perkataannya. “Yeol tinggal di
Inggris selama 5 tahun. Jadi dia akan banyak membutuhkan bantuan kalian. Dan
kalian tahu bahwa di kelas ini tak ada perbedaan kan? Jadi bantulah dia,
mengerti” lanjut wali kelas Chae-gyeong lagi, mereka semua serempak mengiyakan.
Lalu murid-murid cewek termasuk Hee-sung dan Sun-yeong pun berebut agar Yeol
duduk di samping mereka.
Pulang sekolah, banyak cewek-cewek yang berusaha menghalangi mobil Shin.
Tapi tiba-tiba mobil itu berhenti. Shin keluar dari mobil dan disambut teriakan
histeris cewek-cewek itu. Ternyata Shin turun karna melihat Yeol. Shin
tersenyum senang melihat Yeol. Yeol pun demikian.
Shin membawaa pulang Yeol ke istana. Mereka ngobrol di ruangan Shin. Yeol
bilang, Shin masih sama seperti yang ada di foto yang dikirimkan Shin untuknya
di Inggris. Shin bilang Yeol juga masih sama seperti foto yang dikirimkan Yeol
untuk Shin. Ternyata selama ini mereka masih sering berkirim surat dan foto
meskipun mereka hidup terpisah di benua yang berbeda. Cie….
Mereka bicara tentang masa kecil mereka saat masih tinggal bersama.
Kemudian, Yeol menyinggung tentang pernikahan Shin. Yeol dengar Shin akan
menikah. Shin mengangguk mengiyakan. Yeol bilang, calon istri Shin pasti
benar-benar cantik. Shin bertanya apa maksud Yeol. Yeol bilang,
seorang gadis pasti akan menolak menikah dengan Shin kalau tahu kepribadian Shin.
Shin tersenyum mendengarnya. Tentu saja gadis itu tak menolak. Karna pernikahan
ini tak gratis. Dia tipe gadis yang akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa
yang dia butuhkan.
Shin memberikan surat kabar yang ada foto Chae-gyeong pada Yeol. ”Jangan
khawatir, dia tak begitu cantik” kata Shin. Yeol mengamati foto Chae-gyeong.
Dan tersenyum melihatnya. “Dia imut” kata Yeol. “Apa? Dia imut?!” teriak Shin
kaget kemudian menertawakan Yeol. “Jangan bercanda. Kau tak tahu kan betapa
noraknya dia. Aku memang belum begitu mengenalnya. Tapi seperti itulah dia.
Itulah salah satu alas an kenapa aku tak menghalangi pernikahan ini. Karna aku
ingin melihat dia kesulitan menghadapi para tetua kerajaan. Bukankah hal itu
menyenangkan?”lanjut Shin kemudian.
“Ku dengar kau masuk jurusan kesenian kan? Kau pasti sekelas dengannya
kalau kau masuk jurusan kesenian. Kau masuk kelas mana?” tanya Shin pada Yeol.
Yeol tak menjawabnya. Dia terus mengamati foto Chae-gyeong. Yeol merasa seakan
sudah pernah bertemu dengan Chae-gyeong. Waaaah… ternyata Yeol baru nyadar.
Ada kerusuhan di depan rumah Chae-gyeong. Banyak cewek-cewek yang
berdemo menolak pernikahan Chae-gyeong dengan Shin. Para pengawal kerajaan
sibuk menghalang-halangi mereka yang berusaha masuk ke dalam rumah Chae-gyeong.
Mereka berteriak, “Kembalikan Pangeran Pada Kami”, dll. Yang lebih parah lagi
mereka berteriak dan berkata, “Shin Chae-gyeong, bunuhlah dirimu sendiri.
Wakkkk…
Di dalam kamar, Chae-gyeong hendak melambaikan tangannya. Tapi begitu
mendengar kata-kata mereka, dia pun mengurungkan niatnya. Wajahnya jadi lesu
saat para dayang mencoba mengukur badannya. Sementara itu di ruang tamu, ayah
Chae-gyeong mencoba menjelaskan pada para pengawal kalau sejak pemberitaan di
surat kabar, orang-orang itu terus saja mengganggu kehidupan mereka. Ibu
Chae-gyeong juga mengeluhkan kelakuan para pengganggu itu, sementara Chae-jun
malah asyik nonton tv. Ibu Chae-gyeong bilang kalau dia takut, apa yang akan
terjadi pada Chae-gyeong kalau mereka dibiarkan begitu saja. Chae-jun bilang
sambil tertawa, mereka berkata akan menghancurkan Chae-gyeong . Tentu saja Ibu
Chae-gyeong jadi marah mendengarnya.
Para pengawal itu berkata, mereka akan mengatrasi semua masalah itu.
Dan meminta keluarga Chae-gyeong untuk tetap tenang. Dan Chae-gyeong juga akan
mendapat pengawal pribadi dari istana untuk memastikan kalau Chae-gyeong akan
baik-baik saja. Tentu saja Ayah Chae-gyeong senang mendengarnya.
Chae-jun berkata pada Ibunya kalau acara di tv yang ditunggu-tunggu sudah
dimulai. Ternyata acaranya berita tentang pernikahan Shin dan Chae-gyeong.
Mereka berkata, Keluarga Kerajaan belum pernah menyelenggarakan pernikahan
seperti ini dimana mempelainya hanya rakyat biasa. Di istana, Shin juga sedang
menonton berita itu. Mereka bilang, pernikahan ini adalah symbol bersatunya
rakyat biasa dengan keluarga kerajaan. Shin mencoba menghubungi seseorang.
Sementara itu di tempat lain, Hyo-rin sedang menikmati malam di beranda
kamarnya saat telpon di kamarnya berdering. Guru baletnya yang meelpon dan
berkata kalau ruang latihannya sudah siap dan menanyakan apakah Hyo-rin akan
turun untuk melihatnya. Kalau lelah, tak usah turun juga taka pa-apa. Tapi
Hyo-rin bilang dia akan turun sekarang.
Hyo-rin bersiap-siap hendak turun. Dia mengambil tasnya, lalu kemudian
menemukan HP-nya yang rusak karna terjatuh. Hp itu tak bisa nyala lagi. Jadi
Hyo-erin membuang HP itu ke tempat sampah. Sementara itu, Shin mencoba
menghubungi seseorang, tapi tetap saja Hp yang dihubungi tak aktif-aktif. Shin
mencoba menghubungi Hyo-rin.
Shin keluar dari kamarnya, para pengawal mengikutinya dari belakang. Ratu
juga hendak pergi keluar ruangannya. Ternyata Shin berlatih anggar. Ratu
menyaksikan latihan Shin. Ratu bertanya pada Shin, apa alasan Yeol kembali ke
Korea. Shin bilang dia tak tahu karna Yeol tak mengatakan apa-apa. Shin
bertanya pada Ibunya kenapa Ibunya khawatir. Ratu bilang, hanya ada beberapa
orang saja yang tahu tentang keadaan Raja. Ratu takut, kepulangan Yeol ada
kaitannya dengan hal itu. Jika tidak, kenapa seseorang yang pergi selama 14
tahun tanpa ada kabar berita, tiba-tiba kembali begitu saja sekarang. Apakah
itu bukan sesuatu yang aneh.
“Jadi kau kesini karna alas an itu?” tanya Shin. “Mulai sekarang, kau harus
berhati-hati jika bertemu dengan Yeol” saran Ratu. Shin terlihat tak senang
mendengar kata-kata ibunya. Ia pun melanjutkan latihan anggarnya.
Malam hari di apartemen Yeol, Yeol memandangi istana yang ada di seberang
bangunan apartemen yang disewanya sambil memandangi foto keluarganya. Yeol
sedang membereskan baju-bajunya. Kemudian dia memandangi celana olahraga milik
Chae-gyeong yang diambilnya dan tersenyum karnanya.
Di kamarnya, tidur Chae-gyeong tak nyenyak. Chae-gyeong turun dari tempat
tidurnya menuju kamar kedua orangtuanya. Ternyata Ayah dan Ibunya juga belum
tidur. Mereka tengah berbicara tentang pernikahan Chae-gyeong. Apa benar yang
telah mereka lakukan dengan meminta Chae-gyeong untuk menikah dengan Pangeran
Shin. Ayah Chae-gyeong erkata, hatinya tak nyaman karna hal ini. Tapi bagaimana
caranya untuk membatalkan pernikahan yang suda di atur oleh istana.
Ayah Chae-gyeong terkejut melihat Chae-gyeong yang tiba-tiba masuk ke dalam
kamar mereka. “Hei, kenapa kau belum tidur?” tanya Ayah Chae-gyeong.
Chae-gyeong bilang perutnya sakit. Ibu Chae-gyeong minta Chae-gyeong berbaring
di kakinya sambil mengurut perut Chae-gyeong dengan penuh sayang dan
menyanyikan lagu agar perut Chae-gyeong yang sakit cepat sembuh.
Duuuh…senangnya dimanja…..
“Bagaimana bisa gadis yang tak dewasa menikah?” gerutu Ayah Chae-gyeong.
Ibu Chae-gyeong memukul perut Chae-gyeong. Tentu saja Chae-gyeong kesakitan.
Chae-gyeong bilang ada luka di perutnya. Ayahnya bilang, kalau perutnya sakit,
dikasih obat merah saja. Chae-gyeong tak terima mendengar kata-kata Ayahnya.
“Ayah, kau seperti kakek saja! Apa maksudmu dengan obat merah?” tanya
CHae-gyeong.
“Mungkin aku perlu menusukmu dengan jarum. Chae-jun, bawakan jarum kesini!”
teriak Ayahnya. Chae-gyeong langsung bangkit dari tidurnya. “Jangan, Ayah. Aku
sudah baikan sekarang. Lagipula Chae-jun masih tidur. “Kau masih saja seperti
dulu. Pura-pura sakit agar diperhatikan. “Ayo kemari, akan kubersihkan
telingamu” kata Ayah Chae-gyeong. Dengan manja Chae-gyeong tidur di bawah kaki
Ayahnya. Ibu Chae-gyeong mengambil cotton bud. Chae-gyeong pun tertidur disitu.
Ibu dan Ayahnya saling berpandangan.
Pagi harinya, Chae-gyeong berdandan memakai hanbok untuk pergi ke istana.
Ayahnya bilang Vhae-gyeong sangat cantik sekali. Mengingatkan Ayahnya pada
nenek Chae-gyeong. Ibunya berpesan agar Chae-gyeong jangan telat makan dan
jangan sampai sakit perut. Ayahnya berkata, dia sudah mengepak obat-obatan
untuk Chae-gyeong. Chae-gyeong tersenyum mendengarnya. Chae-gyeong juga
berpesan pada Chae-jun untuk menjaga Ayah dan Ibu selama dia tak ada. “Jangan
khawatir, babi. Lain kali kalau kau datang dan berkunjung, akan kutunjukkan
otot-ototku” jawab Chae-jun.
Chae-gyeong pun bersiap-siap untuk pergi ke istana karna utusan dari
kerajaan sudah menunggunya. Tiba-tiba Ayah Chae-gyeong menangis. Tentu saja hal
itu membuat langkah Chae-gyeong terhenti. “Putri kecilku…salahkanlah Ayahmu
yang tak berguna ini” ratap Ayahnya. Ibunya menghampiri Ayahnya dan menyuruh
suaminya untuk berhenti meratap.
“Benar-benar…Apa aku akan dikirim ke penjara?” kata Chae-gyeong.
Chae-gyeong berkata agar mereka tak mengkhawatirkan dirnya. Chae-gyeong juga
berkata, dialah yang memilih. Jadi dia yang akan bertanggung jawab dengan
pilihannya. Jadi mereka jangan khawatir. Chae-gyeong pun keluar dari rumahnya.
Ternyata sudah banyak wartawan dan fans Pangeran Shin yang terus saja berteriak
menghujat Chae-gyeong.
Chae-gyeong berjalan masuk menuju mobil yang disediakan untuknya. Sesaat
dia memandangi keluarganya dan tersenyum untuk mereka. Di jalanan, ternyata
banyak orang yang tak mau ketinggalan melihat Chae-gyeong yang diboyong menuju
istana.
to be continue . .
Princess Hours Episode 3
Chae-gyeong
sampai di istana. Para dayang sudah mennatinya
dan mengiringinya masuk. Seorang dayang kepala, Choi Sang-gung menjelaskan pada
Chae-gyeong. Ini adalah istana Eun-yeong. Yang dibangun 140 tahun yang lalu. Di
mana di tempat inilah pada tahun 1866 Ratu Myeong-seong belajar. Istana ini
punya arti yang sangat mendalam. Dayang kepala mengucapkan selamat pada
Chae-gyeong karna bisa belajar di tempat ini. Chae-gyeong sama sekali tak
mengerti apa maksud perkataan dayang itu karna sedari tadi dia gugup.
Dua orang
dayang masuk sambil memebawa bertumpuk-tumpuk buku yang diletakkan di sebelah
Chae-gyeong. Dayang kepala berkata kalau buku-buku itu adalah abhan pelajaran
yang harus dipelajari oleh Chae-gyeong. Chae-gyeong kaget sekali melihatnya..
Tapi kemudian Chae-gyeong pun mulai belajar. Dia belajar dengan santai.
Chae-gyeong mengeluh, kalau harus mempelajari semua ini, lama-lama dia bisa
gila. Wakkkkkk…..
Tiba-tiba Ratu
datang mengunjungi Chae-gyeong yang ternyata sedang tertidur. “Bagaimana bisa
kami mengajari gadis seperti ini. Maafkan kami, Yang Mulia. Padahal saya sudah
bilang pada bawahan saya untuk menjaganya.” kata Choi Sang-gung. Dua orang
dayang mencoba membangunkan Chae-gyeong, tapi Chae-gyeong tak mau dibangunkan.
“Ibu, aku masih ingin tidur” kata Chae-gyeong dalam igauannya. Ratu tersenyum
mendengarnya dan meminta mereka untuk membiarkan Chae-gyeong tidur, karna ini
hari pertama Chae-gyeong di istana. Dan mungkin juga karna beberapa hari
terakhir ini Chae-gyeong susah tidur.
Ratu berkata
pada dayang kepala agar Chae-gyeong jangan sampai salah melakukan semua hal
yang harus dilakukannya dalam upacara pernikahan kerajaan. Chae-gyeong banyak
melakukan kesalahan, jadi Ratu meminta Choi Sang-gung untuk melatih Chae-gyeong
dengan baik untuk menjadi seorang putri. Dan untuk kedepannya, biarkan dia
menyadari kalau istana itu ada banyak aturannya.
“Perhatikan
dengan baik semua yang dia pelajari dan tulislah apapun yang terjadi baik hal
yang salah ataupun hal yang benar saat dia berlatih. Aku tahu kau punya
kemampuan yang bagus untuk menangani masalah seperti ini” kata Ratu. Choi
Sang-gung mengangguk menyanggupi perintah itu.
Chae-gyeong
bersembunyi dari ke dua dayang yang diperintahkan untuk menjaganya. Kedua
dayangnya bingung karna tak dapat menemukan Chae-gyeong. Sementara Chae-gyeong
malah menertawakan mereka. Mereka berdua sangat ketakutan karnanya. Chae-gyeong
berjalan mundur sambil menertawakan mereka. Tapi saat berbalik dia terkejut
karna Choi Sang-gung ada di hadapannya.
“Apa yang
sebenarnya kalian berdua lakukan!” teriak Choi Sang-gung marah pada kedua
dayang bawahannya itu. Chae-gyeong berusaha membela kedua dayangnya dan berkata
bahwa semua ini salahnya. Tapi suaranya tak di dengarkan. Apapun kesalahan
Chae-gyeong, semuanya pasti berasal dari kedua dayangnya yang tak bisa menjaga
Chae-gyeong denga benar. Ribet banget aturan istana. Hfuuuuuuuh…………
Choi Sang-gung
bilang kalau Dae Rae Bok (Pakaian untuk Upacara Besar) untuk Chae-gyeong sudah
selesai. Hanya tinggal mengepas nya saja. Chae-gyeong baru sekarang mendengar
kata Dae Rae Bok. Chae-gyeong tak mengerti karnanya. Dayangnya bilang,
Chae-gyeong akan mengerti kalau Chae-gyeong ikut dengan mereka. Chae-gyeong tak
berani macam-macam lagi, dia ikut kemana kedua dayangnya membawanya pergi.
Sementara itu
di kediamannya. Ibu Suri sedang menulis puisi mengenang suaminya. Kemudian Ibu
Suri memandangi foto keluarganya dan bertanya pada salah seorang dayang kepala
senior istana Seo Sang-gung, apakah ada kabar dari Hye-jeong, ibu Lee Yeol. Seo
Sang-gung berkata kalau Ibu Yeol masih harus menyelesaikan sesuatu di Inggris,
jadi dia belum bisa pulang sekarang. Besok adalah hari besar bagi Keluarga
Kerajaan, pasti akan sangat menyenangkan jika seluruh keluarga berkumpul,
begitulah keinginan Ibu Suri. Seo Sang-gung berkata, Ibu Yeol pikir sekarang
ini bukan saat yang tepat untuknya kembali ke Korea .
Ibu Suri
membelai foto keluarga Yeol dengan lembut. “Tiba-tiba terpisah jauh dari
suaminya karna kematian, pasti membuatnya sangat terpukul. Dia seorang Ratu,
tapi harus di usir dari istana karna peraturan hukum. Dia pasti sangat
menderita dan sakit hati” kata Ibu Suri dengan penuh kesedihan. “Ya, Yang
Mulia. Saat Putri Hye-jeong berpikir tentang suaminya, dia merasa sangat
terluka” jawab Seo Sang-gung.
“Seo Sang-gung,
bukankah kau yang selama ini mengasuh Pangeran Hyo-ryul dan Pangeran
Hwi-seong?” tanya Ibu Suri. “Ya, Yang Mulia. Jika melihat foto itu, Putra
Mahkota Hyo-ryul pasti menginginkan mereka mengambil posisinya. Keduanya, Ibu
dan anak, pasti akan menduduki jabatan sebagai seorang Ratu dan Putra Mahkota
dengan baik” jawab Seo Sang-gung. “Tak ada gunanya membicarakan masa lalu” kata
Ibu Suri yang sebenarnya tak suka mendengar perkataan Seo Sang-gung.
Seo Sang-gung
ini sangat menginginkan Putri Hye-jeong menduduki tahta menggantikan suaminya
daripada harus digantikan oleh Raja yang sekarang bertahta, adik mendiang Raja
Hyo-ryul, Ayah Shin.
Sementara itu,
Ratu sedang menghidangkan obat untuk Raja. Ratu menyarankan agar Raja
beristirahat hari ini, karna besok pasti Raja akan kelelahan karna harus
memimpin upacara besar. “Sebenarnya aku ini keras kepala. Tapi kali ini aku
akan mendengarkanmu, istriku” kata Raja setelah meminum obatnya. Ratu tersenyum
mendengarnya. Ratu senang karna sekarang Raja terlihat sehat. Raja bilang tentu
saja sehat karna setiap hari dia minum obat itu. Ratu meminta agar Raja selalu
menjaga kesehatannya. Raja bilang dia akan melakukannya.
Raja menanyakan
tentang perkembangan pendidikan Chae-gyeong untuk jadi seorang putri. Ratu
bilang pendidikannya sudah dimulai. Tapi sepertinya susah sekali untuk mendidik
Chae-gyeong menjadi seorang putri. Ratu khawatir akan upacara pernikahan besok
dan juga bagaimana caranya untuk mendidik Chae-gyeong mulai sekarang. Raja
berkata untuk mendidik Chae-gyeong pelan-pelan saja. Ratu bilang ini bukan saat
yang tepat untuk membicarakan pendidikan Chae-gyeong. Lebih baik membicarakan
bagaimana cara untuk mendidik Shin terlebih dahulu karna kelakuan Shin masih
belum dewasa.
Choi Sang-gung
duduk bersama Chae-gyeong dan para dayangnya. Choi sang-gung menyeduhkan teh
untuk Chae-gyeong dan berkata kalau Chae-gyeong sudah berlatih dengan keras.
Chae-gyeong bilang para dayangnya bekerja lebih keras daripada dirinya.
Kemudian Chae-gyeong juga bertanya apakah itu berarti pelajarannya sudah
selesai?. Choi Sang-gung membenarkan hal itu. Tentu saja Chae-gyeong gembira
mendengarnya. Tapi kemudian Choi Sang-gung berkata kalau Chae-gyeong harus
menghafalkan semua yang dipelajarinya sekarang. Chae-gyeong benar-benar
terkejut mendengarnya.
Choi Sang-gung
meminta Chae-gyeong menghafalkan semua etiket pernikahan yang dipelajarinya.
Tentu saja hanya sebagian yang di hafal oleh Chae-gyeong. Dan sasaran kemarahan
Choi Sang—gung tentu saja pada dua dayang Chae-gyeong. Tapi saat Choi Sang-gung
hendak memukul mereka, Chae-gyeong menghalanginya dan berkata dia ingat apa
yang sudah dihafalkannya. Chae-gyeong duduk bersila dan tangan kirinya memegang
kepalanya, lalu menjawab pertanyaan Choi Sang-gung dengan lancar karna di
tangan kirinya ada contekan! Dasar Chae-gyeong. Tentu saja Choi Sang-gung
senang mendengar Chae-gyeong berhasil menghafal dengan baik.
Yeol
sedang bersama Shin di kamar Shin. Asisten pribadi Shin sedang bertanya pada
Shin apa saja yang dibutuhkan Shin dan yang cocok untuk Shin. Shin menjawabnya
dengan malas. Sementara itu, Yeol sedang asyik menikmati
alat-alat perfilm-an yang ada disitu. Tak berapa lama kemudian,
Asisten pribadi Shin pamitan pergi pada Shin dan Pangeran Hwi-seong alias Yeol.
Shin
mengajak Yeol mengunjungi Chae-gyeong di istana Eun-yeong karna Yeol bilang dia
dan Chae-gyeong sekelas. Tapi Yeol tak mau pergi. Shin bilang, jika seorang
pria tampan kesana, dia pasti akan senang. Yeol bilang pada Shin untuk pergi
sendiri. Yeol bilang Chae-gyeong pasti lelah setelah belajar, jadi lebih baik
Shin mengunjunginya sambil membawa coklat atau permen agar Chae-gyeong senang.
Tapi Shin tak mau mendengarkan Yeol dan pergi begitu saja. Yeol tersenyum
melihat kepergian Shin.
Teman-teman
akrab Chae-gyeong sedang mempersiapkan poster yang akan mereka bawa ke
pernikahan Chae-gyeong. Mereka berharap Chae-gyeong akan mengenali
mereka dan tersenyum memandangi mereka. Tapi Kang-hyeon bilang tak mungkin
Chae-gyeong melakukan itu dan hanya menatap mereka sementara di jalanan ada
begitu banyak orang. Sun-yeong dan Hee-sung malah berhasil menciptakan nama
baru untuk mereka berdua yaitu Jisu-Sesu.
Di istana,
Chae-gyeong yang sedang belajar masih sempat menggambar kartun 3 orang
temannya. Kayaknya Yun Eun-hye ni memang pandai menggambar. Di My Fair Lady,
dia menggambar di dinding sebuah sekolah, di Coffee Prince dia juga menggambari
pintu masuk ke Café dan disini, dia juga banyak menggambar, termasuk menggambar
karikatur Ibu Suri di episode nanti. Tunggu ja ya. Hehehehe
Saat
Chae-gyeong menoleh, dia sangat terkejut karna melihat Shin ada disitu.
Chae-gyeong bilang tak seorangpun diijinkan masuk ke istana ini. Shin bilang
kalau dirinya bukan orang biasa. Jelas lah. Kemudian Shin mengambil sebuah tas
kecil dan menyerahkannya pada Chae-gyeong. Chae-gyeong senang sekali karna tas
itu isinya permen. Tapi kemudian Shin bilang kalau itu hadiah dari Yeol. Ini
neh yang bikin orang gregetan nonton drama Korea . Pura-pura tak peduli tapi
sebenarnya cinta. Hhhuuuuuuh.
Chae-gyeong
bilang dia tak mengenal Yeol. Ya iyalah, Chae-gyeong memang sudah ketemu Yeol.
Tapi dia belum tahu nama Yeol. Apalagi saat Yeol diperkenalkan di kelasnya,
Chae-gyeong dijemput utusan dari istana.
Shin terus saja
menggoda Chae-gyeong. Dia memberikan permen itu pada Chae-gyeong untuk
mnghiburnya karna siapa tahu Chae-gyeong menangis karna kangen pada kedua
orangtuanya. Shin mengatakannya sambil tersenyum. Chae-gyeong sedih
mendengarnya. Senyum Shin juga menghilang saat melihat Chae-gyeong sedih.
“Sejujurnya,
ada satu hal yang kuminta saat aku menikah denganmu. Aku meminta istana
Chang-deok untuk kita. Jadi kita bisa menjauh dari para tetua. Jadi jika suatu
saat kau ingin mengunjungi orangtuamu sebulan sekali, mereka takkan tahu. Shin
membuka catatannya dan mengatakan kalau Chae-gyeong boleh mengundang
teman-temannya ke istana jika ada pesta. Chae-gyeong juga boleh mengundang
keluarganya untuk berlibur di Hwang-shil resort milik Keluarga Kerajaan.
Chae-gyeong
menghentikan perkataan Shin. Chae-gyeong bilang Shin tak perlu membuat dirinya
merasa nyaman di istana. Shin yang jengkel meremas-remas kertas catatannya dan
bilang kalau itu semua adalah ide Yeol. Hiiiiiiih…susah banget she bilang kalau
dia juga perhatian ma Chae-gyeong dan semua itu adalah idenya. Huuuuuuuh…………
Shin bilang,
yang bisa diberikannya pada Chae-gyeong adalah kekuasaan. Dia akan mengijinkan
Chae-gyeong meninggalkan istana kalau Chae-gyeong kangen pada Ibunya karna Shin
tak ingin melihat Chae-gyeong bersedih karna kangen pada orantuanya. Shin
bilang dia sejak kecil sudah biasa dituruti semua kemauannya dan tak ada yang
berani menghalangi langkahnya. Jadi Chae-gyeong tenang saja. Walaupun
pernikahan ini hanya sementara, kalau Chae-gyeong memang ingin cepat bercerai,
maka Shin akan mengabulkannya. Nikah ja belum da bilang cerai. Chae-gyeong
malah sedih mendengar hal itu daripada mengingat rasa kangennya pada
keluarganya.
Di rumah
Chae-gyeong, kedua orangtua dan adik Chae-gyeong sudah bersiap mengenakan
Hanbok untuk menghadiri upacara pernikahan Chae-gyeong. Sebelum berangkat,
mereka duduk bersila dihadapan mendiang kakek Chae-gyeong dan mengucapkan
terimakasih pada kakek karna perjanjian yang kakek buat membuat hidup mereka
sangat bahagia karna bisa membuat mereka menjadi bagian dari anggota Keluarga
Kerajaan.
Kedua orangtua
Chae-gyeong masih sempat bertengkar karna Ayah Chae-gyeong tak bisa menghafal
kata-kata yang harus diucapkannya pada pernikahan Chae-gyeong. Ibu Chae-gyeong
mengancam akan benar-benar minta cerai kalau Ayah Chae-gyeong tak melakukan
semuanya dengan benar. Ckckck…..
Upacara
pernikahan berlangsung dengan khidmat. Ibu Suri dan Ratu yang menyaksikan lewat
tv bersama para dayang. Upacara pernikahan yang sangat meriah. Seo Sang-gung
bilang, upacara ini seakan seperti pembukaan Piala Dunia di Korea tahun 2002
yang lalu. Ibu Suri tak tahu kalau ternyata akan ada banyak orang menyaksikan
pernikahan ini. Pasti semuanya disini karna tertarik dengan Putra Mahkota Shin.
Ratu
mengatakan, semua ini karna Pangeran Shin memilih gadis yang bukan dari
kalangan istana untuk menjadi istrinya. Jadi banyak rakyat yang tertarik dan
penasaran ingin melihat. Ibu Suri mengiyakan hal itu. Tapi Ibu Suri agak
khawatir kalau Putri Mahkota melakukan kesalahan karna Chae-gyeong baru saja
masuk istana dan hanya sebentar mempelajari tentang pernikahan Keluarga
Kerajaan. “Jika sampai Putri Mahkota melakukan kesalahan, maka…” kata Ibu Suri.
Ratu memotong perkataan Ibu Suri dan berkata agar Ibu Suri tenang. Choi
Sang-gung sudah mengajari Chae-gyeong dengan baik, jadi janngan mengkhawatirkan
hal itu.
Ibu Suri pun
tenang kembali dan merasa senang karna banyak orang yang akan menyaksikan
upacara pernikahan tradisional dari kerajaan korea . Upacara pernikahannya harus
lengkap dan tanpa ada kesalahan apapun.
Chae-gyeong
yang sedang duduk, agak gugup saat melihat Choi Sang-gung yang juga memakai
hanbok datang menemuinya dan mengatakan kalau Pangeran baru saja tiba. Choi
Sang-gung meminta Chae-gyeong untuk keluar karna upacara pernikahan akan segera
dimulai.
Keluarga
Chae-gyeong juga sudah sampai di istana. Ayah Chae-gyeong juga masuk ke dalam
sebuah bangunan istana dengan gugup untuk melaksanakan upacara pernikahan. Di
jalanan sudah dipadati oleh orang-orang yang ingin menyaksikan pernikahan
mereka. Termasuk teman-teman Chae-gyeong. Mereka berkata pada orang-orang kalau
mereka tema dekat putrid mahkota. Tapi sayang tak ada yang percaya pada mereka.
Sementara itu,
Yeol malah asyik membaca buku sambil membelakangi tv yang menyiarkan berita
tentang pernikahan Shin dan Chae-gyeong. Pakaian Hanbok yang disediakan
untuknya masih tertata rapi di meja. Salah seorang pejabat istana menghampiri
Yeol dan meminta Yeol untuk mengenakan pakaian yang sudah disediakan untuknya.
Yeol bilang dia ingin menyaksikan lewat Tv saja. Pejabat Jang bilang kalau para
tetua sudah menunggu Yeol untuk datang ke istana Eun-yeong. Yeol bilang kalau
dia merasa tak nyaman kalau harus memakai hanbok. Pejabat Jang bilang, apa
hanya karna hanbok itu jadi Yeol tak mau menghadiri upacara pernikahan itu. Yeol
tak bisa menjaawabnya dengan lancar. Dia gugup.
Pejabat Jang
mengatakan, apa Yeol teringat kematian Ayahnya dan merasa sedih karnanya hingga
tak mampu menghadiri upacara pernikahan itu, Yeol hanya mengangguk dengan
sedih. Kemudian mengambil foto keluarganya yang terjatuh.
Sementara itu
di bagian istana yang lain, Shin memasuki sebuah bangunan yang tadi dimasuki
oleh Ayah Chae-gyeong untuk melaksanakan bagian dari upacara pernikahan istana.
Di Thailand,
kompetisi balet internasional sedang berlangsung. Hyo-rin menyaksikan
saingannya sedang beraksi dengan tarian baletnya yang indah. Hyo-rin mendesah,
dia ingat Shin. Dia ingat saat-saat berdua dengan Shin. Bermain piano berdua
dengan Shin. Kemudian dia teringat tugasnya. Berlatih 13 jam sehari, setiap hari
dalam setahun. Dan pembuktian latihannya sekarang hanya berlangsung dalam 5
menit saja. Jadi dia tak boleh melakukan kesalahan sedikitpun.
Seorang peserta
lagi dipanggil, Hyo-rin agak gugup karnanya. Gurunya menghampiri Hyo-rin dan
mencoba menghiburnya untuk tetap tenang dan jangan gugup. Guru Hyo-rin memeluk
Hyo-rin untuk menenangkan murid kesayangannya itu. Hyo-rin senang karnanya.
Upacara
pernikahan masih belum selesai. Shin dipertemukan dengan kedua orangtua
Chae-gyeong dan juga Chae-gyeong. Shin masih sempat memandang menggoda
Chae-gyeong. Chae-gyeong tak suka melihatnya. Giliran ayah Chae-gyeong
menyampaikan pesan untuk Shin. Walaupun gugup, tapi Ayah Chae-gyeong bisa
melaksanakannya dengan benar, karna ada contekan di telapak tangannya. Ibu Chae-gyeong
mengucapkan pesannya dengan lancar. Sementara itu di luar, Chae-jun melambaikan
tangannya pada kakaknya.
Di tempat lain,
ketiga sahabat Shin juga menyaksikan upacara pernikahan walaupun hanya lewat tv
saja. Mereka berkumpul di sebuah Café sambil bermain bilyard. Tapi kemudian
mereka terkejut dengan tingkah Chae-jun yang membuka bajunya untuk diperlhatkan
di tv. Konyol! Mereka menertawakan tingkah Chae-jun tanpa tahu siapa Chae-jun.
Tak hanya
wartwan lokal, ada banyak wartawan dari luar negeri yang juga meliput upacara
pernikahan itu. Yeol berada di antara para wartawan itu. Wajahnya sedih
memandang Shin. Kemudian dia mundur untuk menjauh dari tempat itu.
Chae-gyeong
keluar dari dalam istana Eun-yeong bersama kedua dayang dan juga Choi Sang-gung
untuk dipertemukan dengan Shin. Shin memandangi istrinya itu dari atas sampai
bawah. Chae-gyeong tersenyum pada Shin. Cantik sekali. Mungkin itu yang membuat
Shin terus saja memandangi Chae-gyeong. ehm…ehm… Kemudian
Choi Sang-gung dan kedua dayang Chae-gyeong mengantar Chae-gyeong ke
sebuah kereta.
Di Thailand,
sampailah giliran Hyo-rin untuk menari. Dia menarikan tarian balet dengan indah
dan menuai decak kagum dari para juri dan penonton.
Ibu Suri merasa
senang karna upacara itu berlangsung dengan lancar tanpa kesalahan apapun. Ibu
Suri memuji Ratu yang sudah mendidik Chae-gyeong dengan benar dan memberikan
tanggung jawab untuk mendidik Chae-gyeong mengenai peraturan istana pada Ratu.
Dengan senang hati Ratu menerima perintah itu. Saat sedang ngobrol serius
tiba-tiba terdengar suara HP. Ternyata HP salah satu dayang yang ada disitu.
Dayang itu pun keluar ruangan dengan malu.
Di salah satu
halaman istana, Yeol sedang menyendiri sambil memegangi foto kedua orangtuanya.
Dia melihat istana tempat dulu mereka tinggal. Yeol melakukan latihan yoga
disana saat Seo Sang-gung datang menghampirinya. Seo Sang-gung menceritakan
tentang Ayah Yeol. Sepertinya baru kemarin Ayah Yeol menikah dan menjadi
seorang Raja. Waktu seakan cepat sekali berlalu dan banyak hal yang berubah
disini. Seo Sang-gung bilang kalau Yeol mirip sekali dengan ayahnya hingga
membuat Seo Sang-gung seakan masih hidup di masa lalu bersama Ayah Yeol. Yeol
tersenyum senang mendengar ada seseorang yang masih selalu mengingat Ayahnya
yang sudah meninggal.
Sementara itu,
Shin dan Chae-gyeong di arak keliling kota dengan kereta disambut oleh begitu
banyak warga yang antusias menyaksikan upacara pernikahan mereka dari layer
lebar yang di pasang di sepanjang jalan. Shin melambaikan tangannya dan
tersenyum. Chae-gyeong hanya tersenyum di atas keretanya. Saat sampai di
hadapan teman-temannya, Chae-gyeong hanya diam saja, karna itu etiket
pernikahannya. Tentu saja teman-teman Chae-gyeong kecewa karnanya.
Mereka bertiga
masuk ke sebuah restoran untuk makan. Kang-hyeon meminta mereka untuk
bergembira. Mereka ingin makan Sup Ayam gingseng untuk mengatasi rasa kecewa
mereka tapi sayang sekali hari ini di restoran itu ada sangat banyak pelanggan
hingga membuat makanan di restoran mereka sudah ludes dalam waktu singkat.
Tentu saja mereka tambah kecewa karnanya.
Di istana,
Chae-gyeong diantar Choi Sang-gung untuk bertemu dengan Shin dan para pekerja
istana yang hendak mengucapkan selamat atas pernikahan mereka berdua. Salah
seorang pejabat senior mewakili rekan-rekannya mengucapkan ucapan selamat pada
Shin dan Chae-gyeong. Saat pejabat itu menunduk memberi hormat, Chae-gyeong pun
melakukan hal yang sama. Tapi sayangnya tindakan itu membuat hiasan sanggul di
kepala Chae-gyeong jatuh di atas kepala pejabat itu. Wakkkkkkk……
Semua orang
kaget melihatnya. Chae-gyeong panik dan mencoba meminta tolong pada Shin. Tapi
Shin tak mau tahu. Dia malah menjauh dari Chae-gyeong.
Sementara itu
di rumah Chae-gyeong juga sedang sibuk menerima kerabat, tetangga maupun
kenalan mereka yang datang untuk mengucapkan selamat pada mereka. Sementara
itu, Chae-jun sedang menerima telepon dari salah seorang temannya yang melihat
aksinya di tv. Dengan bangga Chae-jun bilang kalau sekarang ini dia adalah adik
ipar dari putra mahkota.
Sementara itu Ibu
Chae-gyeong juga menerima banyak telpon dari orang-orang yang ingin menjadi
anggota asuransi perusahaan tempatnya bekerja. Ayah Chae-gyeong juga tak kalah
sibuk menerima ucapan selamat dari anggota keluarga dan kenalannya. Dulu ga da
yang peduli pada mereka. Sekarang tiba-tiba semua orang jadi perhatian pada
mereka, seperti ingin cari mukla saja, itu anggapan Ibu Chae-gyeong pada
orang-orang yang sekarang sok perhatian pada keluarga mereka.
Di istana, Shin
dan Chae-gyeong merasa kelelahan setelah melakkan serentetan upacara. Mereka
sudah berganti baju dan menghadapi jamuan makanan yang disediakan untuk mereka
berdua. Chae-gyeong masih marah karna tadi Shin tak mau membantunya.
Chae-gyeong memanggil Shin dengan sebutan Shin-gun. Shin tak suka. Tapi Chae-gyeong
malah mengeraska suaranya dan terus memanggil Shin dengan sebuatan Shin-gun.
Shin malah menggodanya, menggunakan mahkota seberat 10kg untuk memukul kepala
Perdana Menteri, bukan ide yang buruk. Jaaaaaaaah………
Chae-gyeong
melirik marah. Kemudian dia berkata dalam hati, sebenarnya Shin itu laki-laki
seperti apa. Shin bisa bicara dengan tenang bahwa dia ingin bercerai di masa
mendatang. Tapi Shin bisa tersenyum dengan manis saat upacara pernikahan
berlangsung dengan serius. Sepertinya dia seorang pria dengan kepribadian yang
aneh. Senyumnya juga sangat manis dan hangat saat melambaikan tangan pada
orang-orang yang menyambutnya di jalanan. Dan sekarang sepertinya Shin sedang
sibuk berpikir. Chae-gyeong benar-benar penasaran dengan kepribadian Shin. Dia
tak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Tapi yang dia tahu sekarang
mereka berada dalam sebuah kapal yang sama.
Choi Sang-gung
masuk ke ruangan itu untuk memimpin upacara minum arak untuk mereka berdua. Dia
dan kedua dayang Chae-gyeong sangat terkejut melhat Shin dan Chae-gyeong yang
sama-sama tertidur bersandar di dinding kamar itu. Choi Sang-gung pun
membangunkan mereka dan berkata ada upacara yang belum mereka lakukan. Shin
segera bangun. Lain hal nya dengan Chae-gyeong yang susah dibangunkan. Shin bilang
pada Choi Sang-gung kalau dia yang akan membangunkan Chae-gyeong.
Shin
membangunkan Chae-gyeong dengan mengguncang-guncang tubuh Chae-gyeong. Tapi
Chae-gyeong bukannya bangun malah mengigau sambil memegangi kerah Shin.
Tiba-tiba Chae-gyeong terbangun dan kaget karna ternyata dia memegangi kerah
baju Shin. Karna takut, dia pun pura-pura tidur lagi. Shin tertawa melihatnya.
Tapi kemudian berteriak marah dan meminta Chae-gyeong untuk tak berpura-pura
tidur.
Shin,
Chae-gyeong, kedua dayang dan juga Choi Sang-gung melaksanakan upacara Tong Ne,
yang berarti awal malam pertama bagi pasangan suami istri. Tapi karna mereka
berdua masih di bawah umur, maka upacara itu akan dilaksanakan saat mereka
sudah beranjak dewasa. Jadi sekarang, acaranya hanya makan dan minum saja.
Shin bertanya
kenapa malam pertama mereka harus di undur, tentu saja Choi Sang-gung kaget
mendengarnya. “Apa dia sudah gila?” celutuk Chae-gyeong. Shin meminta
Chae-gyeong untuk diam saja dan memanggil Chae-gyeong dengan sebutan Kue Beras.
Tentu saja
Chae-gyeong tak terima mendengarnya. “Meskipun kau memohon padaku, aku takkan
tertarik dengan malam pertama. Aku hanya penasaran saja dengan hal itu.
Bukankah ini lucu, membatasi kita karna usia kita” lanjut Shin kemudian.
Chae-gyeong
hanya diam sambil menunduk. Kemudian, mulailah mereka makan dan minum dengan di
pandu oleh Choi Sang-gung dan dibantu oleh kedua dayang Chae-gyeong.
Chae-gyeong merasa senang karna makanannya enak. Mereka ngobrol berdua setelah
makan dan minum sementara di luar ruangan, Choi Sang-gung dan para dayang
berjaga setengah mengantuk. Shin bilang dia juga mengantuk dan mungkin dia akan
tertidur disini. Mata Chae-gyeong yang besar itu terbelalak kaget mendengar
kata-kata Shin. Shin memandangi Chae-gyeong, “Taka pa-apa kan kalau kita berdua
tidur disini?” tanyanya. Chae-gyeong tak suka dan menyuruh Shin untuk bangun.
Kemudian
Chae-gyeong bertanya, benar kan yang dikatakan Choi Sang-gung kalau mereka akan
tidur di ruangan yang terpisah. Shin membenarkannya, dan dia berkata dia akan
pergi. Saat Shin berdiri dan hendak melangkah pergi, Chae-gyeong memanggilnya
dan berkata, bagaimana bisa Shin meninggalkannya sendirian. Chae-gyeong meminta
Shin untuk menunjukkan jalan. Karna sejujurnya, Chae-gyeong merasa istana
adalah tempat asing untuknya. Tapi Shin sudah tinggal disini sepanjang
hidupnya, jadi Shin pasti tak bisa merasakannya.
“Tapi jika kau
berpikir karna aku suamimu dan aku harus bertanggung jawab padamu, aku tak mau
melakukannya untukmu. Aku tak bisa melakukannya. Apa kau mengerti?” tanya Shin.
Chae-gyeong sedih mendengarnya. “Aku tahu ini kesalahanku. Tapi aku
tak bisa merubahnya. Inilah kepribadianku sejak aku lahir. Jadi, jangan pasang
muka sedih seperti itu. Aku benar-benar meminta maaf karna tak dapat melakukannya
untukmu” lanjut Shin.
Shin
menghampiri Chae-gyeong dan mengulurkan tangannya. “Sebagai seorang teman, aku
bisa mendengarkan apa yang kau inginkan” kata Shin. Chae-gyeong yang sudah
kesal tertawa penuh arti sambil menjabat tangan Shin. Tapi kemudian Chae-gyeong
menarik tangan Shin dan menggigitnya keras-keras hingga membuat Shin berteriak
kesakitan. Para dayang yang ada di luar yang tadinya setengah tertidur pun jadi
terbangun mendengar suara teriakan Shin.
Chae-gyeong
melepaskan gigitannya dan mengata-ngatai Shin. Dia tak mau punya teman seperti
Shin. Shin mencoba hendak memukul Chae-gyeong karna kesal tapi di
haling-halangi oleh para dayang. Shin memaki-maki Chae-gyeong tapi Chae-gyeong
menutup kedua telinganya sambil meledek Shin untuk bicara lebih keras karna dia
tak mendengar apa-apa. Hehehehe…..
Para dayang
membawa Shin keluar dari ruangan itu. Sementara Chae-gyeong termenung sendirian
di kamar itu. Chae-gyeong kecewa dengan perlakuan Shin tadi. Dia hanya ingin
lebih mengenal Shin.
to be continue..